Mohon tunggu...
ajril sabillah
ajril sabillah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Saat Kita Sama-Sama Diam

21 Juni 2025   20:00 Diperbarui: 21 Juni 2025   18:38 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Diam (Sumber Foto: Alodokter.com)

Kafe kecil itu masih sama. Kursi kayu yang berderit saat diduduki, aroma kopi yang menenangkan, dan jendela kaca yang menghadap ke jalan raya yang kini basah oleh hujan.

Di meja sudut dekat rak buku tua, duduk dua orang yang pernah sangat saling mengenal---tapi kini hanya duduk berhadapan, tanpa suara.

Rena mengaduk cappuccino-nya perlahan, padahal busa di atasnya sudah lama tenggelam. Sementara Dafa menatap gelas kosongnya, seolah ada kata-kata yang mengendap di dasar cangkir.

Mereka sudah duduk di situ selama lima belas menit. Lima belas menit yang terasa seperti selamanya. Tak ada kata. Tak ada tanya. Hanya napas yang saling bersilangan.

Dulu, diam mereka adalah kenyamanan. Saat kehabisan cerita, mereka tertawa bersama. Ketika lelah setelah seharian bekerja, mereka hanya saling menatap dan tahu, "Aku ada di sini."

Tapi malam ini, diam itu berubah menjadi jarak. Dingin. Sunyi.

"Rena," Dafa akhirnya membuka suara, lirih, seolah takut suaranya memecahkan sesuatu yang rapuh.

Rena mengangkat wajahnya. Matanya yang dulu selalu berbinar setiap kali melihat Dafa, kini redup seperti senja yang kehabisan cahaya.

"Apa kabar?"

Pertanyaan yang paling klise, paling menyakitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun