Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Beberapa Fakta di Balik Debat Capres

2 April 2019   00:10 Diperbarui: 2 April 2019   12:39 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Liputan6.com

Memang kalau bicara bobot, Jokowi tidak sebanding dengan Prabowo, secara penampilan saja sudah beda. Lihat saja Prabowo tampil dengan Jas yang lengkap, sehingga kalau dibandingkan dengan Jokowi terasa Jomplang.

Sementara Jokowi tampil dengan pakaian kebesarannya, kemeja putih dan celana hitam. Kalau dari segi penampilan jelas Jokowi kalah dibandingkan dengan Prabowo. Kalau ibarat sebuah produk, secara kemasan Prabowo lebih menarik.

Secara postur juga tidak sebanding, Prabowo bobotnya gemuk, sementara Jokowi bobotnya kurus, tidak pantas untuk bilang berbobot, hanya orang yang gemuk pantas dibilang berbobot.

Tulisan ini tidak ingin membahas bobot secara fisik, karena kalau bobot fisik jelas tidak sebanding. Saya ingin membahas tentang 'Bobot' dalam hal memberikan solusi dari berbagai pertanyaan yang diajukan Panelis.

Dari pertanyaan atau jawaban Jokowi maupun Prabowo, mana saja yang sesuai dengan faktanya, dan mana yang tidak sesuai dengan fakta. Dari fakta inilah kita bisa menakar bobot kedua Capres, yang mana bicara sesuai dengan fakta, dan yang mana pula yang bicara tidak sesuai dengan fakta dan data.

Saat memaparkan visi misi, Prabowo Subianto dengan intonasi yang tinggi, dengan gaya orator mengatakan, saat ini korupsi sudah terlalu banyak bak penyakit stadium IV, jual beli jabatan, dan masyarakat menginginkan pemerintahan yang bebas dari korupsi.

Faktanya :
Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi atau Corruption Perception Index (CPI) 2018 yang dirilis oleh Transparency International Indonesia (TII), Indonesia memiliki indeks 38 dari skala 0 sampai 100. Nol untuk yang terendah atau paling korup, sementara 100 untuk yang tertinggi atau paling tidak korup.

IPK Indonesia itu naik satu poin dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 37. Dengan angka tersebut Indonesia menempati peringkat ke 89 dari 180 negara.

Sementara itu di era sebelumnya, tepatnya di 2014, Indonesia mendapatkan skor IPK 34. Skor itu naik dua angka dibanding 2013 yang mencapai 32. Saat itu Indonesia masih berada di peringkat ke-109. Artinya IPK lebih baik dari sebelumnya, dan pernyataan Prabowo tidak sepenuhnya benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun