Mohon tunggu...
Aisyatul Fitriyah
Aisyatul Fitriyah Mohon Tunggu... -

mahasiswa ulul albab,berjiwa pancasila

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari 'Cha' untuk 'Nji'

7 November 2016   13:47 Diperbarui: 7 November 2016   13:53 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      “Bisakah ayah menitipkan Pancha ke rumah paman Gun dan bibi Fit di Madura? Tidak akan ada yang mencariku kesana ayah”

      Paman Gun dan bibi Fit adalah teman orangtuaku ketika mereka kuliah di kota ini. Mereka berasal dari ujung timur pulau Madura, tepatnya kabupaten Sumenep. Paman Gun dan bibi Fit sering berkunjung ke rumah kami di Malang. Ole ole buah kelapa segar dari Madura selalu keluarga kami nanti bersama kehadiran mereka di rumah kami. Paman Gun sering bercerita padaku tentang daerahnya yang indah. Ada banyak pantai yang eksotis di pinggir pinggir pulau Madura. Banyak desa dengan panorama alam berupa sawah sawah yang terhampar luas dan sejuk. Beserta batuan putih tinggi menjulang bekas tambang batu kapur yang mempesona bak di daerah salju. Dan budhaya masyakatnya yang kental dengan nilai nilai leluhur. Terakhir berbincang dengan bibi Fit seminggu sebelum aku ikut kompetisi terakhirku, kami bercakap cakap di telepon. “Bibi usai mengikuti pertandingan minggu depan Pancha akan jalan jalan ke Madura. Ditunggu yaa, oiyaa siapkan buah kelapa segarnya jangan lupa..!”.

# # #

      Salam kenal Sumenep, ucapku pertama kali di kota kecil dengan taman Adipuranya yang mempesona. Tahun 2036 kota kecil jauh berkembang pesat dari tahun 2016 (amin). Tata kotanya yang unik nan asri beserta hawa musim panasnya yang khas menjadi keistimewaan yang hanya di miliki kota kecil ujung pulau garam ini. Sumber daya alam seperti pertanian dan hasil laut yang berlimpah diolah oleh masyarakat lokal dan sangat memperbaiki perekonomian masyarakat. Sumenep juga kaya akan pulau pulau kecil yang terpisah dari daratan Sumenep. Salah satunya pulau Sapeken yang secara geografis batas ujungnya berdekatan dengan pulau Bali daripada ke daratan kota Sumenep sendiri. Di salah satu pulau yang ada di kecamatan Sapeken terdapat tambang minyak bumi yang megah menjulang di lautnya dan sekarang sudah dikelola oleh masyarakat lokal di daerahnya. Ini menjadi menjadi bukti kebijakan pemerintah setempat bahwa pendidikan berkembang sangat pesat dengan fasilitas yang memadai.

      Tak hanya tata kotanya yang unik di Sumenep ini warga mulai bijak berlalu lintas. Masyarakat mengalah pada sikap egoisme sepihak. Mereka yang belomba lomba mengoleksi kendaraan pribadi sudah tak berlaku lagi di kota ini. Masyarakat sudah lama meninggalkan budhaya konsumtif. Mereka lebih menyukai berjalan kaki atau menggunakan fasilitas umum yang disediakan pemerintah. Akses jalan dan lingkungan yang ramah dapat dinikmati oleh semua warga Sumenep termasuk warga pendatang sepertiku. Seperti di kota kota lain  yang maju, akses jalan sudah disediakanramp untuk pengguna kursi roda dan garis kuning yang timbul untuk warga Tunanetra. Kami semua dapat menikmatinya disini berbaur memanfaatkan fasilitas kota karena kami semua sama adalah bagian dari ragam keunikan manusia yang menjadi wayang wayang Tuhan di bumi.

      Ada lagi yang menakjubkan yaitu sektor wisata yang dikelola sempurna oleh dinas Pariwisata dan Kebudhayaan. Wisata alam sangat dijaga kelestarian dan kebersihannya. Serta didukung oleh komunitas pemuda pemudi Adipura yang mencintai alam dan lingkungan. Komunitas pemuda ini sangat peka dan cekatan mengatasi sampah terutama wilayah wisata alam ataupun wisata buatan. Begitupun dengan budhaya yang dahulu hampir habis terkikis zaman modern, namun dibangkitkan lagi oleh pemuda pemudi generasi mudanya untuk dilestarikan. Seperti warisan budhaya yang berupa nilai luhur salah satunya tata karma Sumenep sebagai budhaya Madura timur-an yang halus. Peradaban yang lain seperti bangunan bersejarah kuno yang dilestarikan serta tarian khas seperti tari “Muang Sangkal” (tolak balak) yang menjadi ikon Sumenep yang tak tergadaikan.

      “Selamat datang Pancha, tuan putri dari kota dingin. Semoga dapat beradaptasi di kota yang panas ini yaa..” sambut bibi Fit. Layaknya menyambut putri salju dari negeri dongeng.

      Paman Gun juga tak kalah ramah menyambut kedatanganku. Begitupun dengan si kembar jagoan paman dan bibi yang sudah menjadi kanak kanak yang menggemaskan dengan rambut ikalnya yang lucu. Mereka Nakula dan Sadewa berkejaran menghampiriku. “Kakak cantik akan tinggal di rumah kami yaa?” sapa Nakul.

      Aku mengangguk dan tersenyum padanya, “Assyyiikkk…” serunya riang.

      “Wahh, kak Pancha bisa baca dongeng nggak? Bisa berdongeng ngak? Bisa ngajarin aku menggambar nggak?” si Sadewa mencercaku dengan pertanyaannya yang menggemaskan.

      Serasa terdampar di surga dunia. Aku merasakan kehangatan keluarga yang alami tanpa tekanan apapun. Hidup yang mengalir dengan penuh warna bersama keluarga paman Gun. Rupanya paman dan bibi juga punya taman kanak kanak yang dikelolah tak jauh dari rumah mereka. Suatu waktu bibi mengajakku mengunjungi sekolahnya. Bangunannya unik sangat ergonomis untuk anak kecil belajar. Dindingnya penuh warna lingkungannya juga asri dan sejuk sangat kondusif belajar dan bermain. Namun aku terperangah ketika bibi menjelaskan kalau sekolah ini sebenarnya semacam tempat rehabilitasi untuk anak anak usia dini yang memiliki keunikan mental seperti Autis, ADHD, Retardasi mental atau keunikan mental yang lain. Meskipun jumlah anak anak dengan keunikan semacam Autis dan ADHD terbilang sangat sedikit di kota ini, tetapi bibi Fit dan paman Gun ini berbagi kesempatan pada mereka mendapatkan perlakuan yang selayaknya dan dibutuhkan oleh mereka. Setidaknya menghindari tumbuh kembang mereka agar tidak terjebak menjadi generasi stress.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun