Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu

21 September 2020   20:27 Diperbarui: 21 September 2020   20:29 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia tertawa mendengar jawabanku. Dia mungkin mikir, aku bukan nggak berani naik bis tetapi aku nggak berani datang sendiri ke rumah dia. Setelah panjang lebar ngobrol dia mengajakku main ke rumah ibu kostnya waktu PPL dan karena sudah beberapa kali aku nolak, maka aku putuskan mengikuti ajakannya. Ibu kostnya menyambut dia dan menggodaku panjang lebar dan aku menjawabnya dengan senyum. Pikirku biar pendek dan gampang.

Sepulang dari ibu kostnya aku diantar pulang oleh Dia walau aku bilang nggak apaapa nggak diantar juga soalnya kan dia harus kembali balik ke jalan naik bis yang jurusan Sukabumi. Tetapi dianya kukuh mau nganter aku dulu. Ya sudah aku sih ikut saja. Dia bilang sekalian mau ikut solat maghrib dulu di mesjid yang dekat rumah uaku.

Selepas solat maghrib dia pamit mau pulang dan aku mengantarnya sampai jalan dan menunggunya sampai naik bisa. Setelah dia mendapatkan bis, aku langsung pulang ke rumah ua. Tetapi di tengah perjalanan aku bertemu dengan temannya. Kami bercaka-cakap sebentar dan aku melanjutkan perjalanan pulang.

Minggu berganti, bulan berlalu, aku mulai bersikap bijak. Kami sepakat untuk bertemu minggu pertama dan ketiga setiap bulannya, pikirku biar dia juga fokus dengan kegiatannya di sana. Cerita dia akan fokus bimbel agar keinginannya masuk jurusan kehutanan tercapai. 

Dia masih tetap menggeluti hobinya latihan kempo. Sampai suatu hari dia mengajakku untuk melihatnya latihan dan tanding. Aku awam dengan olah raga itu jadi aku was-was untuk menyaksikannya tanding, walau kata dia sama saja dengan silat ataupun karate. Aku hanya memberi doa restu saat itu karena dengan berbagai pertimbangan kuputuskan untuk tak ikut.

Seminggu setelah rencana tanding dia tak datang menemuiku walau itu jadwal ketemuan kami. Aku tak berpikir macam-maca karena sudah perjajian bahwa kami akan mendengar kabar itu dari diri sendiri baik kabar baik ataupun kabar kurang baik. 

Minggu berikutnya tetap tidak datang dan aku mulai goyang perasaannya. Aku mikir jangan-jangan dia sakit. Minggu ketiga berlalu dan aku tetap menunggu. Aku berharap rinduku dengan rindunya akan menyatukan kami untuk bertemu.

Pulang sekolah, aku jalan kaki ke terminal joglo dengan langkah gontai. Kutelusuri jalan Siliwangi dengan pelan-pelan. Tanpa lihat kiri dan kanan, sampai di depanku ada orang yang menghalangiku. Saat aku mau mengibaskan tanganku untuk bisa melewatinya, Dia malah membentangkan tangan dan tersenyum padaku.

" Hai Ani, lemes amat jalannya." Ujarnya sambil menggandeng pundakku. Aku yang kaget nggak bisa berkata apa-apa. Dia membawaku ke tempat teduh dan mengajakku duduk di bangku. Aku mengikutinya tanpa berkata sepatahpun.

" An kenapa? " tanyanya setelah aku duduk dan minum ." aku sampai khawatir lihat jalannya.

" Nggak apa-apa , cape abis latihan pramuka." Jawabku masih dengan kekagetanku. "   kok ada di sini" tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun