Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Garuda Indonesia di Persimpangan Awan

28 Maret 2025   06:30 Diperbarui: 28 Maret 2025   06:30 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garuda Indonesia kini berada di persimpangan yang menentukan. Dengan pendapatan yang besar namun tetap mencatat kerugian, Garuda menghadapi realitas bahwa keberlangsungan bisnis tidak bisa hanya mengandalkan pertumbuhan pendapatan, tetapi juga transformasi model bisnis secara menyeluruh. Maskapai ini tak lagi bisa bertahan dengan cara-cara lama: beban operasional tinggi, struktur organisasi yang lambat berubah, dan belum optimalnya inovasi digital dalam menjangkau konsumen modern. Ketika maskapai global telah memperluas jangkauan dan pendapatannya melalui efisiensi dan ekspansi strategis, Garuda masih terjebak dalam beban masa lalu.

Namun di balik tantangan tersebut, terdapat peluang strategis yang tak ternilai: pasar haji dan umrah. Dengan potensi jemaah yang stabil bahkan cenderung meningkat, bisnis perjalanan ibadah menawarkan stabilitas arus kas dan loyalitas pasar yang jarang dimiliki oleh lini penerbangan lain. Jika Garuda mampu mengubah pendekatannya dari sekadar menjual tiket menjadi penyedia layanan ibadah terintegrasi, maka posisi strategisnya akan melonjak secara signifikan. Ini bukan sekadar bisnis, tapi juga misi nasional, menghubungkan jutaan umat Islam Indonesia dengan Tanah Suci secara aman, nyaman, dan bermartabat.

Transformasi Garuda bukan hanya untuk menyelamatkan neraca keuangan, tapi untuk membangun kembali kepercayaan publik, memperkuat diplomasi keislaman Indonesia, dan menunjukkan bahwa maskapai nasional ini masih layak menjadi simbol kebanggaan di langit nusantara. Langit memang luas, tapi keberhasilan terbang tinggi hanya akan tercapai jika arah dan tujuan ditentukan dengan visi yang kuat. Kini, semua bergantung pada apakah Garuda berani menempuh arah baru, menuju langit Hijaz dan masa depan yang lebih terang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun