Mengelola emosi diri, dan mengelola emosi seorang pelanggan sangat tidak mudah. Namun, saat kita melayani dengan setengah hati, saya yakin hasilnya tidak akan pernah maksimal.
Setiap kali saya dihubungi pelanggan, saya selalu berusaha melayani dengan hati. Melayani dengan sepenuh hati, dengan tulus dalam segala situasi. Walau banyak dari situasi itu, membuat tidak nyaman.
Saat saya melayani dengan hati, semua pelanggan pun ikut merasa happy. Tidak jarang dari mereka, mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada saya. Dan ucapan terima kasih itu, menjadi motivasi bagi saya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka.
Bagaimana denganmu, seberapa sering kamu mendapatkan ucapan terima kasih dan apresiasi dari pelanggan?
Di perusahaan besar, seorang customer service mungkin akan melayani lebih dari 70 pelanggan dalam sehari. Coba bayangkan, siapa yang dapat bertahan mendengarkan puluhan, bahkan ratusan keluhan setiap hari?
Akan tetapi, semua akan berbeda, ketika kamu melayani dengan hati. Perasaan akan lebih nyaman, dan membuat pelayanan yang kamu berikan makin istimewa. Cerita tentang melayani dengan hati ini memang sederhana, tapi saya berharap, cerita ini akan membuatmu bersemangat dalam memberikan pelayanan yang baik.
Customer Service Excellence, Memahami dengan Empati
Seperti yang tertulis di judul, bukan sekadar melayani, customer service excellence memahami dengan empati. Melayani pelanggan berbeda dengan memberikan pelayanan yang terbaik dan unggul.
Apakah kamu pernah mendengar kata “service excellence”, atau “excellent service”? Kedua kata ini punya pengertian yang sama, pelayanan yang unggul atau memberikan pelayanan terbaik.
Semua orang dapat melayani orang lain, seperti halnya saya di rumah melayani suami dan anak sebagai seorang ibu rumah tangga. Menariknya, tidak semua orang dapat memberikan pelayanan terbaik.
Kamu tahu alasannya? Karena customer service excellence hanya dapat tercipta ketika kamu mampu memahami pelanggan, salah satunya dengan memberikan empati kepada pelanggan.