Setelah berpikir dengan penuh pertimbangan, saya menerima tawaran tim manajemen. Saya mendapatkan tema buku non fiksi, “Customer Service Excellence”, sesuai pekerjaan yang sebelumnya saya jalankan sejak tahun 2016. Saya segera membuat outline yang berisi pengajuan judul, kelebihan naskah, sinopsis, daftar isi, dan sedikit profil penulis. Outline disetujui dengan satu tambahan sub bab, dan mulailah proses penulisan naskah buku pada awal Oktober.
Bagaimana proses? Ini jujur dari hati ya … Saya sangat pusing. Bagaimana tidak? Sebelum memulai menulis, saya harus mencari berbagai macam referensi sebagai bahan acuan teori. Sumber referensi berasal dari buku digital, buku cetak, jurnal, website, dan laporan survei. Semua harus dilahap dalam waktu singkat, lebih dari dua puluh referensi tulisan. Sedangkan, buku harus selesai dalam kurun waktu 1,5 bulan.
Beberapa revisi dasar saya lakukan, lebih pada penyesuaian cara penulisan dan memastikan tidak ada kesalahan penulisan, sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Saya menulis naskah menggunakan smartphone.
Kenapa tidak pakai laptop? Sebenarnya, laptop saya sedang rusak, loadingnya sangat lama, sehingga hanya digunakan untuk merapikan halaman saja. Sayangnya, ada beberapa menu pengaturan google doc yang hanya dapat diakses melalui PC atau laptop. Ini menjadi kendala yang membuat lama proses penulisan. Ketika saya ingin melaporkan progres tulisan, butuh waktu lama hanya untuk merapikan tulisan di laptop, bisa sampai dua jam lebih.
November 2024, naskah selesai dibuat. Saya segera melaporkan naskah final kepada tim manajemen. Rasanya sangat melegakan setelah menyetor naskah. Lama tak ada kabar, Februari 2025 saya dihubungi kembali oleh manajemen. Mereka mengatakan bahwa naskah saya berhasil melewati review editor, tidak ada revisi lagi, dan lolos untuk masuk ke tahap cetak. Saya disuruh untuk menunggu kembali proses antrean cetak.
Harapan mulai pudar, sampai bulan Mei 2025 saya tidak lagi mendapatkan kabar. Sempat berpikir negatif, apakah naskah buku saya mengalami kendala, sehingga batal cetak? Sangat khawatir, bahkan saya tak bisa menutup kesedihan.
Sampai akhirnya, saya menemukan judul buku itu sudah terpajang di laman resmi penerbit. Tak lama kemudian, buku cetakan pertama telah masuk Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY. Ini menjadi angin segar bagi saya yang hampir putus asa.
Perjalanan panjang menerbitkan buku pertama ini belum usai, karena ada kabar yang lebih mengejutkan lagi.
Ketika Melihat Buku Sendiri Terpajang di Gramedia
Buku berjudul “Customer Service Excellence : Strategi Praktis Membuat Pelanggan Selalu Bahagia dengan Pengalaman yang Menyenangkan”, kini sudah ada di Toko Buku Gramedia. Tulisan saya terpajang di Gramedia bukan hanya mimpi, tetapi sudah menjadi nyata. Proses distribusi buku masih terus berlangsung.