Si pria mengangguk mantap, lalu bergumam.
"Bagaimana jika kita menemui orang tuamu lagi?" Pertanyaan itu menghentikan aktivitas makan sang wanita. Ia menatap kekasihnya, lalu meraih sendok dalam genggaman si pria dan melanjutkan makan secara mandiri.
"Mereka tidak akan merestui pernikahan kita. Ada baiknya kita tidak lagi membicarakan itu. Fokus saja pada kehidupan kita berdua," ucapnya kembali menatap si pria, dibalas anggukan kepala.
Pasangan muda itu mulai membahas rencana kehidupan rumah tangga mereka hingga sepuluh tahun ke depan, juga bersendau-gurau. Percakapan terhenti tatkala terdengar suara kunci pintu terbuka, disusul dengan kehadiran seorang perawat.
Sang wanita tersenyum menyapa perawat yang membawa nampan kecil berisi obat-obatan. Senyuman itu kian lebar saat perhatiannya beralih pada si pria yang telah duduk di kursi. Perawat mengikuti arah perhatiannya dan tersenyum tertahan, lalu membantunya meminum obat.
Usai memastikan pasien meminum obat, perawat itu beranjak dengan membawa serta nampan makanan yang telah kosong. Setelah terdengar bunyi pintu terkunci dari luar, sang wanita segera mengeluarkan butiran obat yang tadi diminum. Si pria pun mendekat dan meminta sang wanita untuk berbaring di pangkuannya, lantas keduanya terdiam cukup lama, menikmati keheningan bersama.
"Adi, bisakah kamu membawaku keluar dari sini?" Sang wanita menatap penuh harap.
"Kamu bisa melakukannya tanpa bantuanku, Karina." Si pria membalas tatapan sang wanita seraya mengaitkan anakan rambut kekasihnya ke belakang telinga.
"Kembalilah. Mereka menunggumu."
"Mereka yang mengusirku, untuk apa sekarang menginginkanku?"
"Mereka masih peduli padamu."