Rinai hujan membasahi pilu, semilir angin menelusuk jingga
Telah kau tikam dengan membabi buta hingga jiwa-jiwa yang nelangsa menjerit
Tangis kian menggelegar mencabik tidur nyenyak yang dininabobokan
Fajar menanti..
Sementara matahari telah menggenggam bara
Tapi kau masih tertidur
Sudah berapa kali musim berganti
Hingga ranting bosan melahirkan bayi dedaun
Ia tandus bagai rumah yang tanpa hunian
Bagai hutan yang terjilat api di kemarau panjang yang menggila
Bagaimana ulat-ulat itu dapat makan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!