Pagi di rumah saya hampir selalu mulai di depan lemari kecil. Saya bantu anak mencoba pakai baju sendiri. Lalu kami berangkat.
Di jalan ke sekolah, kami ngobrol. Topiknya ringan saja. Pelajaran pertama hari ini. Jajanan apa yang boleh.
Ritme yang sederhana. Tapi di sinilah pelan-pelan kelekatan tumbuh.
Tahun ini, obrolan soal ayah rumah tangga. Serta risiko anak tumbuh tanpa pengasuhan ayah sering muncul di media.
Angkanya tidak kecil. Itu sebabnya saya merasa perlu menuliskannya dari sudut pandang ayah yang juga bekerja kantoran.Â
Normalisasi peran ayah rumah tangga di Indonesia perlu didorong. Karena terbukti menjaga kelekatan anak. Juga menurunkan risiko fatherless.
-
Kelekatan tidak jatuh dari langit. Ia lahir dari rutinitas kecil yang konsisten. Bangun subuh. Sholat berjamaah. Siapkan pakaian. Antar jemput. Temani main.
Ketika istri mendapat kerjaan di luar kota atau harus mengurus mertua yang sakit, saya mengambil penuh perannya beberapa hari.
Saya atur makan anak-anak. Jadwal belajar, dan jam tidurnya.
Pola seperti ini menurut saya akan memberi pesan jelas ke anak. Bahwa ayah bisa diandalkan. Tak sekadar muncul di akhir pekan saja.
Kisah Fildaz (34) pada artikel Kompas.id terasa relate. Hampir lima tahun ia menjadi bapak rumah tangga. Sambil mengelola bisnis onlinenya.
Anaknya kini 4,5 tahun. Ia memilih pendekatan ngobrol saat anak minta jajanan tidak sehat.
Ada dua angka penting di sana. Lamanya komitmen pengasuhan. Serta usia anak yang sudah merasakan manfaatnya.
Keduanya menunjukkan, kehadiran ayah sehari-hari bisa berjalan beriringan dengan kerja produktif, termasuk wirausaha berbasis rumah. (Kompas.id, 2025)
Skalanya juga jelas. Analisis Tim Jurnalisme Data Harian Kompas atas data Mikro Susenas BPS Maret 2024. Menyebut sekitar 15,9 juta anak di Indonesia berpotensi tumbuh tanpa pengasuhan ayah.
Ini setara 20,1 persen dari total anak di bawah 18 tahun. Kira-kira satu dari lima anak.
Jika keluarga menambah jam hadir ayah di rumah. Termasuk lewat mengambil peran pengasuhan. Maka bagian dari 20,1 persen itu bisa ditekan. (Radio Idola Semarang, 2025)
-
Rachmat Reza, penulis yang meneliti isu fatherless, menekankan efek ketiadaan pengasuhan ayah pada emosi, sosial, fisik, dan akademik anak.
Contoh konsistensinya sederhana tapi kuat. Antar jemput dari TK sampai SMA.
Bagi saya, ini bukan soal harus sempurna setiap hari. Tapi menutup celah kecil saat anak butuh figur rujukan.
Saya juga rutin antar jemput sekolah. Di perjalanan pulang, anak bercerita tentang temannya. Nilai ulangannya. Atau hal kecil yang mengganggu.
Percakapan 10–15 menit itu jadi ruang aman yang susah diganti. (Kompas.id, 2025)
Jika kamu orang tua, ada beberapa momen harian dimana Ayah bisa masuk. Cukup 15 menit saja.Â
Sarapan bareng. Antar sekolah minimal tiga kali seminggu. Membaca buku sebelum tidur.
Ulangi terus. Momen kecil seperti ini bekerja sebagai pagar yang menahan gejala fatherless di rumah kita. (Kompas.id, 2025)
-
Sekarang banyak ibu bekerja penuh waktu. Data resmi Februari 2024 menunjukkan TPAK perempuan 55,41 persen dan laki-laki 84,02 persen.
Lebih dari separuh perempuan usia kerja aktif di pasar kerja. Kondisi ini masuk akal bila di sebagian fase keluarga. Dimana ayah mengambil porsi domestik lebih besar untuk sementara. (BPS Web API, 2024)
Dalam artikel Kompas.id, psikolog klinis Iindarda S Panggalo menekankan dua hal. Ayah perlu menjelaskan kondisi kerja orang tua kepada anak. Ayah juga perlu mengambil peran yang bisa digantikan agar anak tetap merasa aman.
Pengalaman saya sejalan dengan itu. Saat istri fokus merawat mertua, saya menyampaikan penjelasan dengan tenang. Anak cepat memahami kenapa beberapa hari ayah lebih sering di rumah.
Akibatnya cukup jelas. Keluarga perlu jadwal giliran yang tegas. Pagi ayah yang pegang sampai jam sembilan. Sore ibu yang ambil tugas. Malam kita bagi lagi sesuai perlu. Jadwal yang tertulis membantu anak melihat ayah hadir dengan rutin.
-
Tapi kita juga mesti sadar. Ada pekerjaan yang tidak fleksibel. Ada keluarga tanpa pengasuh. Ada juga yang tanpa kakek dan nenek.
Tekanan sosial masih ada. Orang bertanya, "kok ayah di rumah".
Saya mengalaminya. Beberapa orangtua memberi komentar. Mereka melihat saya sering di gerbang sekolah.
Itu pada hari kerja. Batas sehatnya seperti ini. Susun ulang peran tanpa rasa bersalah.
Jangan jadikan ini lomba siapa paling lelah. Jika semua peran dibicarakan terbuka, anak menangkap sinyal bahwa orang tuaku hadir.
Pertanyaan orang sekitar pelan-pelan hilang maknanya. Pada titik ini, saya tetap mendukung normalisasi ayah rumah tangga. Karena memberi jaring pengaman kelekatan yang nyata.
-
Saat lebih banyak ayah hadir di tempat anak, gerbang sekolah terlihat beda.
Ayah datang menjemput dengan senyum. Satpam mulai menyapa ayah. Guru ikut menyapa ayah. Orang tua lain juga menyapa ayah. Banyak orang jadi terbiasa melihat ayah menjemput.
Kantor lalu terdorong membuat aturan yang ramah keluarga. Jam datang bisa lebih lentur. Ada pilihan kerja jarak jauh terbatas.
Di kampung, RT ikut menormalisasi peran ayah. Ayah mengantar anak ke posyandu. Ayah juga mengantar ke perpustakaan kelurahan.
Di media, kisah ayah seperti Fildaz muncul di Kompas tadi. Cerita yang mematahkan anggapan lama bahwa urus anak hanya tugas ibu.
Ekosistem kecil ini menurunkan hambatan budaya. Memberi ruang bagi peran ayah modern untuk tumbuh.
-
Angka 20,1 persen anak berisiko tanpa pengasuhan ayah memang terasa menakutkan. Tarik napas dulu. Mulai dari hal kecil di rumah.
Pilih satu waktu setiap hari. Pada waktu itu ayah hadir penuh.
Ulangi terus sampai menjadi kebiasaan. Di banyak keluarga di Indonesia, ayah bisa berbagi tugas di rumah bergiliran.
Cara sederhana ini membantu anak merasa dekat dan aman.Â
***
Referensi:Â
- Radio Idola Semarang. (2025, October 13). Fenomena fatherless: Ancaman senyap bagi generasi emas Indonesia. Radio Idola. https://www.radioidola.com/2025/fenomena-fatherless-ancaman-senyap-bagi-generasi-emas-indonesia/
- Badan Pusat Statistik. (2024, July 5). Booklet Sakernas Februari 2024. BPS-Statistics Indonesia. https://www.bps.go.id/id/publication/2024/07/05/0455778ea851bbeda66890a8/booklet-sakernas-februari-2024.html
- Kompas.id. (n.d.). Apa itu fatherless. https://www.kompas.id/artikel/apa-itu-fatherless
- Ramadhan, F., Krisna, A., & Rosalina, M. P. (2025, October 14). Berlapang dada menjadi bapak rumah tangga. Kompas.id. https://www.kompas.id/artikel/berlapang-dada-menjadi-bapak-rumah-tangga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI