-
Tapi kita juga mesti sadar. Ada pekerjaan yang tidak fleksibel. Ada keluarga tanpa pengasuh. Ada juga yang tanpa kakek dan nenek.
Tekanan sosial masih ada. Orang bertanya, "kok ayah di rumah".
Saya mengalaminya. Beberapa orangtua memberi komentar. Mereka melihat saya sering di gerbang sekolah.
Itu pada hari kerja. Batas sehatnya seperti ini. Susun ulang peran tanpa rasa bersalah.
Jangan jadikan ini lomba siapa paling lelah. Jika semua peran dibicarakan terbuka, anak menangkap sinyal bahwa orang tuaku hadir.
Pertanyaan orang sekitar pelan-pelan hilang maknanya. Pada titik ini, saya tetap mendukung normalisasi ayah rumah tangga. Karena memberi jaring pengaman kelekatan yang nyata.
-
Saat lebih banyak ayah hadir di tempat anak, gerbang sekolah terlihat beda.
Ayah datang menjemput dengan senyum. Satpam mulai menyapa ayah. Guru ikut menyapa ayah. Orang tua lain juga menyapa ayah. Banyak orang jadi terbiasa melihat ayah menjemput.
Kantor lalu terdorong membuat aturan yang ramah keluarga. Jam datang bisa lebih lentur. Ada pilihan kerja jarak jauh terbatas.