Pernah lihat ayah pulang larut, lampu kamar anak sudah padam? Atau dengar cerita ayah yang kerja tanpa henti.Â
Sampai jarang sempat ngobrol dengan keluarga? Banyak yang mengalaminya di Indonesia.
Di banyak rumah, ayah ditempatkan sebagai kepala keluarga. Yang tugas utamanya mencari nafkah.
Sejak kecil anak laki-laki sering dibentuk. Untuk mengejar sukses yang ukurannya pendapatan.
Lalu muncul keyakinan sederhana. Kalau dompet keluarga aman, tugas ayah beres. Padahal keluarga tidak cuma soal uang, kan?
Yang jarang dibicarakan bahwa banyak anak tumbuh tanpa kehadiran ayah. Bukan karena ayahnya benar-benar tidak ada.Â
Melainkan karena tenggelam dalam pekerjaan atau merasa urusan anak bukan prioritasnya.
Fenomena ini sering disebut fatherless. Situasi dimana sosok ayah tidak hadir. Secara fisik atau emosional di rumah.
Menurut UNICEF, sekitar 1 dari 5 anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah. Angka setinggi itu patut bikin kita mikir.
Kenapa bisa begini? Salah satu akar persoalannya adalah budaya patriarki. Yang mengurung laki-laki dalam peran sempit.
Di Indonesia, banyak ayah akhirnya terjebak hanya sebagai pencari nafkah.Â