Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Saat Warung Legendaris Menghadapi Tantangan Zaman Modern

21 September 2025   03:00 Diperbarui: 17 September 2025   14:45 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung makan selalu punya lebih dari satu arti. Bukan cuma tempat mengisi perut. Ia bisa jadi cermin tradisi, bahkan penanda zaman.

Warung Bu Darti Tegal contohnya. Berdiri di area pasar, kokoh, dan menyatu dengan denyut kota. Jejaknya terekam di banyak ulasan warganet (Ulasan Google Maps).

Banyak kuliner legendaris bertumpu pada reputasi panjang yang dibangun puluhan tahun. Keyakinannya sederhana: pelanggan akan terus kembali karena namanya sudah melegenda di kalangan pecinta makan enak (PanturaPost, 2023).

Cerita turun-temurun pun bekerja sebagai iklan yang tak pernah lelah. Orang datang karena penasaran, ingin membuktikan sendiri kabar yang mereka dengar.

Popularitas seperti ini biasanya menarik media nasional, lalu disematkan label destinasi wajib. Kompas.com memberitakannya pada 2022 (Kompas.com, 2022).

Masalahnya, bergantung pada cerita lama saja berisiko. Arus informasi sekarang melesat cepat.

Satu keluhan kecil bisa menyebar luas lewat ulasan media sosial. Reputasi puluhan tahun bisa goyah dalam semalam. Di sisi lain, selera pasar terus berubah.

Anak muda mencari pengalaman kuliner yang berbeda. Mereka tak hanya mengejar rasa yang otentik, tetapi juga suasana yang enak dipotret dan dibagikan.

Inilah tarik-menarik antara tradisi dan modernitas.

Ada pula tantangan soal klaim hidangan. Banyak makanan tradisional diyakini punya khasiat bagi tubuh.

Misalnya, kepala kambing dianggap baik untuk tulang. Keyakinan turun-temurun ini menambah nilai di mata pembeli. Rasanya dapat, manfaatnya terasa, begitu kira-kira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun