Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tren Liburan Gen Z Bukan Sekedar Menghabiskan Uang

19 September 2025   15:00 Diperbarui: 16 September 2025   10:16 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Labuan Bajo menjadi salah satu destinasi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. (Dok. Kemenparekraf via Kompas.com)

Anak muda hari ini sering digambarkan hobi liburan. Siap keluar banyak uang demi pengalaman yang unik dan berkesan. Gambaran seperti itu berseliweran di mana-mana.

Sampai terasa seperti kebenaran umum. Liburan mewah pun diperlakukan sebagai simbol status baru.

Tapi sesederhana itu kah ceritanya? Sepertinya tidak. Narasi tunggal mudah menyesatkan. Cap generasi boros justru menutupi sisi lain yang lebih rumit, lebih berwarna.

Pertama, Gen Z itu beragam. Kondisi ekonomi mereka tidak sama. Ada yang lahir dari keluarga mampu. Bisa bepergian tanpa pusing memikirkan biaya.

Lebih banyak yang baru merintis karier. Bergulat dengan ekonomi yang tidak pasti. Bahkan menanggung utang pendidikan.

Gaji mereka mungkin pas-pasan. Jadi anggapan bahwa anak muda selalu royal perlu diuji. Mungkin hanya sebagian kecil yang benar-benar rela menguras tabungan.

Kedua, lihat juga sumber ceritanya. Banyak data tren liburan dirilis langsung oleh perusahaan travel. Mereka tentu punya kepentingan bisnis. Mereka ingin publik percaya bahwa liburan adalah prioritas. Bahwa orang seharusnya tidak ragu menghabiskan uang.

Laporan semacam ini efektif sebagai alat pemasaran. Bukan berarti datanya salah. Hanya saja kita perlu lebih kritis. Bisa jadi data itu menggambarkan pelanggan mereka, bukan seluruh anak muda.

Ada sisi lain yang sering luput. Sisi hemat dari Gen Z. Banyak yang cakap mengelola anggaran.

Riset platform perjalanan menunjukkan pola ini. Mereka aktif mencari destinasi yang terjangkau. Dan ikut memopulerkan kembali hostel sebagai opsi menginap.

Mereka juga memanfaatkan teknologi. Bukan untuk boros, melainkan untuk berhemat.

Mereka berburu penawaran terbaik. Memaksimalkan setiap rupiah. Buat mereka, liburan seru tidak harus mahal.

Perilaku ini bukan soal foya-foya. Ini soal pergeseran prioritas. Generasi orang tua kita fokus menabung untuk aset fisik.

Anak muda sekarang menilai pengalaman lebih berharga daripada kepemilikan. Banyak riset pasar global mengonfirmasi arah itu.

Kita melihat kebangkitan ekonomi pengalaman. Kemenparekraf juga mencatat fenomena ini sebagai salah satu tren besar.

Mereka memilih membelanjakan uang dengan cara berbeda, demi perjalanan yang memperkaya jiwa, mudah dikenang, dan tentu saja asyik untuk diceritakan.

Ada satu faktor lain yang besar pengaruhnya. Media sosial. Banyak studi platform menunjukkan betapa kuat dampaknya terhadap pilihan liburan anak muda.

Linimasa saban hari dipenuhi foto dan video perjalanan, pemandangan indah, kuliner, juga aktivitas seru yang bikin ingin ikut.

 Konten seperti ini menciptakan tekanan sosial. FOMO muncul. Keinginan berlibur tidak selalu murni dorongan pribadi, ada dorongan untuk menampilkan citra diri tertentu di dunia maya.

Tren liburan anak muda itu kompleks. Tidak hitam putih. Ada yang memang rela membayar mahal untuk pengalaman premium.

Ada juga yang teliti berhitung. Demi mendapat pengalaman terbaik dengan biaya minim.

Di balik keinginan untuk jalan-jalan, ada tekanan tak terlihat. Untuk eksis di medsos.

Memahami semua sisi ini membantu kita melihat gambaran yang utuh dan lebih adil tentang generasi hari ini.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun