Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain Brain Rot: Adaptasi Kognitif di Era Digital

16 September 2025   05:00 Diperbarui: 10 September 2025   22:25 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi brain rot. (freepik.com via Kompas.com)

Ingat saat kalkulator muncul? Banyak yang takut nalar berhitung jadi lemah. 

Akhirnya kalkulator justru dipakai untuk perhitungan yang rumit. Hal yang sama terjadi pada internet.

Fenomena "brain rot" sebenarnya jelmaan kecemasan lama. Dahulu menulis pun ditakuti. 

Plato khawatir tulisan membuat manusia pelupa dan malas melatih ingatan. Kekhawatiran serupa muncul lagi saat fotografi datang. Juga komik. Juga musik rock. 

Setiap teknologi baru hampir selalu memantik cemas.

Profesor Andrew Przybylski sejalan dengan pandangan ini (Przybylski, 2024). Menurutnya banyak orang keliru menyimpulkan. 

Ada studi berkualitas rendah yang menguatkan bias terhadap teknologi. Lalu cepat menarik perhatian media. 

Penelitian korelasi mudah diterbitkan dan kerap dibesar-besarkan untuk sorotan dan pendanaan. Padahal efek negatif biasanya sementara. 

Itu muncul ketika teknologi tersedia saja. Saat akses tidak ada, orang tetap bisa mengingat. 

Artinya kemampuan tidak hilang, manusia hanya memilih mengandalkan alat bantu.

Yang perlu dikhawatirkan bukan internetnya. Internet dan media sosial hanyalah alat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun