Pada akhirnya, fenomena ini sangat rumit. Ini bukan cuma soal penguasa licik. Juga bukan soal rakyat yang bodoh.
Musuh imajiner adalah cerminan kondisi masyarakat. Cerminan kecemasan, prasangka, dan kebutuhan jawaban.
Jawaban simpel untuk masalah yang kompleks. Pemimpin populis hanya mengisi kekosongan narasi.
Memahami dinamika ini menjadi sangat penting. Agar kita tidak mudah terperangkap adu domba.
Adu domba itu memecah belah kita semua. Juga mengalihkan kita dari persoalan bangsa.
***
Referensi:
- Amnesty International Indonesia. (2025, Juli 7). Presiden harus berhenti mendelegitimasi gerakan masyarakat sipil. Amnesty International Indonesia. https://www.amnesty.id/kabar-terbaru/siaran-pers/presiden-harus-berhenti-menyebarkan-disinformasi-terkait-gerakan-sipil/07/2025/
- Hypeabis. (n.d.). 7 Karya Sastra Dilarang pada Masa Orde Baru. Diakses 25 Agustus 2025, dari https://hypeabis.id/read/41928/7-karya-sastra-dilarang-pada-masa-orde-baru-tetralogi-pulau-buru-hingga-rangsang-detik/2
- Kumparan. (2023, April 5). Tanggapan Realis terhadap Alasan Amerika Serikat Menginvasi Irak Tahun 2003. https://m.kumparan.com/biyaarum2305/tanggapan-realis-terhadap-alasan-amerika-serikat-menginvasi-irak-tahun-2003-1zSMCoHCjZ4
- Utusan Malaysia. (2023, Juli 29). Islamofobia berleluasa di Jerman. https://www.utusan.com.my/luar-negara/2023/07/islamofobia-berleluasa-di-jerman/
- Wadipalapa, A. (2023). The communist imaginary in Indonesia's 2014 and 2019 presidential elections. South East Asia Research, 31(4), 490-506. https://doi.org/10.1080/02185377.2023.2270947
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI