Tujuannya ke Bataviaasch Genootschap. Kini tempat itu Museum Nasional.
Prasasti ini sangat penting. K.F. Holle adalah filolog. Ia orang pertama yang membacanya. Itu terjadi pada tahun 1867.Â
Hal ini disebut dalam laporannya. Laporan berjudul "Voorloopig bericht omtrent lima koperen platjes". Tetapi prasasti sulit dibaca.Â
Goresannya tipis dan warnanya pudar. Penelitian terbaru dilakukan peneliti Aditia Gunawan.Â
Arlo Griffiths juga melakukan penelitian itu. Laporan terbit pada tahun 2021. Judulnya Old Sundanese inscriptions.Â
Mereka menduga prasasti berasal abad ke-15. Ini karena gaya aksaranya.
Gaya aksara menjadi penghubung. Ia menghubungkan aksara Kawali dan Batu Tulis. Ini memperkuat temuan prasasti.
 Prasasti terkait masa Kerajaan Sunda. Isi prasasti menyebut nama raja. Rajanya bernama Sri Baduga Maharaja.Â
Ia juga Ratu Haji di Pakwan Pajajaran. Sejarawan Saleh Danasasmita mengidentifikasinya.Â
Ia adalah Prabu Siliwangi (Danasasmita, 2015). Prabu Siliwangi disakralkan masyarakat Sunda. Ia memerintah abad ke-14 sampai ke-15.
Ada dua perintah piteket dari Sri Baduga. Perintah pertama membebaskan pajak.Â