Mengapa Toyota dan Daihatsu merajai segmen? Jawabannya bukan hanya pada produknya saja.Â
Jawabannya ada pada jaminan ketenangan pikiran. Kekuatan ini terbukti dari jaringan purnajual. Jaringan ini sangat masif dan luas. Ratusan dealer resmi tersebar di pelosok (Insureka, 2023).Â
Servisnya mudah didapatkan di mana-mana. Suku cadangnya juga selalu tersedia. Harganya terjangkau dan menjadi nilai jual. Harga jual kembalinya juga cenderung stabil. Hal ini membuat MPV investasi "aman".Â
Bagi keluarga, mobil adalah aset terbesar. Ia aset kedua setelah memiliki rumah. Jadi, membeli mobil bernilai stabil.Â
Itu adalah keputusan finansial yang cerdas. Konsumen pada dasarnya tidak membeli mobil. Mereka sebenarnya membeli rasa aman. Mereka juga membeli sebuah prediktabilitas.
Data penjualan juga memperkuat argumen ini. Klaim MPV menguasai pasar itu benar.Â
Laporan industri menunjukkan fakta yang konsisten. Segmen MPV memegang pangsa pasar terbesar. Data ini gabungan dari berbagai merek.Â
Namun, data ini harus dibaca cermat. Dominasi ini adalah dominasi "keroyokan". Artinya, jika modelnya diadu secara tunggal. Gelar mobil terlaris sering direbut. Jenis lain seperti city car atau LCGC.Â
Hal ini menunjukkan pasar sangat beragam. Tapi volume terbesar ada pada kebutuhan. Kebutuhan mobil keluarga yang serbaguna. Model Innova, Avanza, dan Sigra. Mereka rutin masuk jajaran teratas (GAIKINDO, 2024).
Fenomena MPV adalah potret sosial-ekonomi Indonesia. Ia adalah simbol keberhasilan "naik kelas". Bagi jutaan keluarga kelas menengah. Mereka baru merasakan stabilitas secara finansial.Â
Punya MPV di garasi jadi penanda. Penanda sebuah pencapaian yang sangat nyata. Namun dominasinya adalah kritik yang tajam. Kritik tajam untuk kondisi infrastruktur kita.Â