Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Membaca Ulang Narasi Kemenangan Tarif Dagang 19% Indonesia

17 Juli 2025   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2025   10:09 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan strategi jangka panjang. Strategi yang berkelanjutan. Melainkan reaksi reaktif. Reaksi terhadap perilaku adidaya. Perilaku yang tidak konvensional.

Ilusi Kompetitif di Tengah Tekanan

Penurunan tarif AS dari 32 persen. Menjadi 19 persen. Ini digambarkan sebagai "pencapaian besar." Memberikan Indonesia "posisi kompetitif lebih baik." Mari kita teliti klaim ini. Dengan kacamata skeptisisme.

Pertama-tama, tarif 32 persen itu sangat memberatkan. Angka itu tidak berdasar secara ekonomi. Itu adalah sebuah alat tekan. Bukan refleksi nilai pasar yang adil. 

Menurunkan tarif dari angka sangat tinggi. Menjadi "hanya" tinggi (19 persen). Memang terdengar seperti perbaikan. 

Namun, apakah 19 persen itu benar-benar kompetitif?

Di pasar global yang terfragmentasi. Di mana banyak negara lain menikmati akses pasar. Akses yang jauh lebih baik. Misalnya, tarif nol persen. Dalam kesepakatan bilateral atau multilateral.

Indonesia masih jauh dari posisi level playing field. Vietnam, misalnya, mendapat penurunan tarif. Turun ke 20 persen (bukan 19 persen). Dengan syarat ketat terkait transshipment. 

Tarif bisa naik menjadi 40 persen. Jika ada indikasi pengalihan perdagangan. Pengalihan dari negara ketiga (Politico, 2025; CNBC, 2025). 

Apakah ada syarat-syarat serupa? Atau konsesi lain yang tidak terungkap? Yang harus dibayar Indonesia untuk tarif 19 persen? 

Jika ini harga yang harus dibayar. Untuk menghindari malapetaka. Malapetaka yang lebih besar (PHK massal). Maka ini lebih tepat disebut pengurangan kerugian. 

Bukan disebut "pencapaian besar." Ini adalah hasil negosiasi. Tapi dari posisi yang tertekan. Bukan dari posisi tawar yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun