Diponegoro punya orang kepercayaan. Namanya Hasan Munadi (Samparwedi) dan Joyokusumo. Mereka bukan asli Jawa. Tapi, Arab dan Cina. Mereka jago perang. Ikut bangun bangsa.
Pahlawan kita itu tidak satu jenis. Mereka sangat beragam. Ada yang kulitnya beda. Bahasanya juga. Tapi, hati mereka satu. Sangat cinta pada negeri. Ini penting sekali.Â
Kita di Indonesia juga beda-beda. Suku banyak. Agama macam-macam. Kalau kita pecah belah, siapa yang senang? Orang luar. Kita sendiri yang rugi. Hidup jadi susah. Keluarga pun tak tenang. Anak cucu nanti sedih.Â
Kisah pahlawan beragam ini jadi pelajaran. Kita harus kuat bersatu. Biar tidak mudah dihasut. Jangan sampai dipecah belah.
Penting sekali kita tahu ini. Kekuatan bangsa itu ada pada persatuan. Meski beda-beda, kita harus tetap kuat. Sejarah sudah buktikan. Pangeran Diponegoro seorang pahlawan besar.Â
Ia memimpin perang melawan penjajah. Perangnya itu berat sekali. Tapi Diponegoro tidak sendiri. Ia dikelilingi orang-orang hebat. Mereka dari berbagai latar belakang.Â
Ada yang Jawa asli. Tapi ada juga yang bukan. Ini yang sering kita lupa. Diponegoro percaya penuh pada orang peranakan. Seperti Hasan Munadi (Samparwedi), keturunan Arab. Dan Pangeran Joyokusumo, keturunan Cina.Â
Mereka bukan sembarang orang. Mereka jago strategi perang. Juga punya ilmu tinggi. Kehadiran tokoh peranakan ini memberi keuntungan besar dalam strategi perang.Â
Pasukan Diponegoro itu sangat beragam. Anggotanya dari banyak suku dan agama (SindoNews, 2024). Ini bukti toleransi tinggi. Pangeran tidak pandang bulu.Â
Siapa saja yang mau berjuang, diterima. Yang penting, hatinya untuk negeri. Jadi, pelajaran buat kita jelas. Jangan mudah dipecah belah.Â
Beda itu indah. Beda itu kekuatan. Kalau kita bersatu, negara kita makin maju. Keluarga kita aman. Masa depan cerah. Ini pesan penting dari para pahlawan.
- Hasan Munadi (Samparwedi), Penasihat Setia.Â
Pangeran Diponegoro sangat percaya padanya. Hasan Munadi (Samparwedi) itu keturunan Arab. Dia anak dari Sayid Alwi Ba'abud. Orang Arab yang berilmu. Bapaknya ahli agama dan tabib (Tirto, 2024).Â
Dia dikenal juga sebagai Kiai Haji Hasan Munadi atau Tumenggung Samparwadi. Dia jadi panglima pasukan Barjumungah (Carey, 2008).Â
Brill mencatat Hasan Munadi (Samparwedi) sebagai penghubung utama Diponegoro--Belanda (Carey, 2008, via Brill). Ini bukti Diponegoro tidak pilih-pilih.
- Pangeran Joyokusumo, Panglima Berani.Â
Dia juga sangat dekat Diponegoro. Pangeran Joyokusumo itu beda. Dia berdarah Cina (Carey, 2015). Ibunya kesukaan Hamengku Buwono II.Â
Catatan resmi Wikipedia juga menyebutkan ia berpihak pada Diponegoro dan memiliki ibu berdarah Tionghoa (Wikipedia Joyokusumo I, 2025). Meski Cina, dia sangat pintar. Juga berani sekali.Â
Waktu Keraton diserang Inggris. Namanya Geger Sepehi (1812). Dia tetap bertahan di dalam. Padahal pangeran lain banyak sembunyi (Tirto, 2024).Â
Di Perang Jawa, dia jadi komandan senior. Panglima pasukan kuda. Keahliannya luar biasa (Carey, 2008). Dia jadi besan Diponegoro juga. Hubungan mereka makin erat.Â
Dia selalu di sisi Diponegoro. Di banyak pertempuran. Dia bukti nyata keberanian. Tanpa lihat asal-usul.
- Pasukan Beragam, Kekuatan Besar.Â
Bukan cuma Hasan Munadi (Samparwedi) dan Joyokusumo. Pasukan Diponegoro itu beragam sekali. Ada banyak suku di sana. Bukan cuma Jawa. Ada juga prajurit wanita. Beberapa dari mereka peranakan Cina (Tirto, 2024).Â
Ini bukti Diponegoro merangkul semua. Siapa saja yang mau berjuang. Diterima dengan tangan terbuka. Dia tidak peduli beda warna kulit. Atau beda agama. Yang penting satu tujuan. Mengusir penjajah.Â
Penelitian Peter Carey menyebut sekitar 200 santri gabungan berbagai etnis berperang di barisan Diponegoro (SindoNews, 2024). Semangat perjuangan mereka sama. Ini pelajaran bagi kita semua. Bahwa beda itu bukan halangan. Malah jadi kekuatan besar.
Pelajaran Berharga untuk Kita. Kisah Hasan Munadi (Samparwedi) dan Joyokusumo itu nyata. Mereka tunjukkan hal penting. Pemimpin yang hebat. Tidak akan pandang bulu. Selama niatnya baik. Dan mau berjuang. Mereka pasti dirangkul.Â
Ini contoh buat Indonesia sekarang. Kita harusnya begitu juga. Saling percaya. Saling rangkul. Jangan mudah curiga. Hanya karena beda suku atau agama.Â
Kalau kita bersatu, kita kuat. Penjajah dulu tidak akan bisa pisahkan kita. Mereka hanya bisa kalahkan. Jika kita terpecah. Mari kita jaga baik-baik. Persatuan dan kesatuan kita. Demi masa depan anak cucu. Supaya hidup mereka tenang.
Jadi, ingat baik-baik. Sejarah kita itu kaya. Penuh pelajaran penting. Pahlawan kita tidak cuma satu jenis. Mereka beragam. Tapi hati mereka satu. Untuk bangsa. Ini bukti nyata.Â
Beda itu bukan penghalang. Justru kekuatan. Kita harus mencontoh mereka. Hidup rukun selalu. Jangan biarkan perbedaan. Jadi penyebab masalah. Kalau kita bersatu. Kita pasti menang.Â
Sama seperti Diponegoro. Dia menang karena merangkul semua. Ini harapan kita. Untuk Indonesia yang kuat. Dan damai. Selamanya.
***
Referensi:
- Tirto. (2024). Ba'abud dan Joyokusumo, Prajurit Peranakan di Barisan Diponegoro. Diakses dari https://tirto.id/baabud-jdan-oyokusumo-prajurit-peranakan-di-barisan-diponegoro-gZU2
- SindoNews. (2024). Cerita Santri Peranakan Tionghoa dan Arab Perkuat Pasukan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa. Diakses dari https://daerah.sindonews.com/read/1437833/29/cerita-santri-peranakan-tionghoa-dan-arab-perkuat-pasukan-pangeran-diponegoro-dalam-perang-jawa-1723939722?showpage=all
- Carey, Peter. (2008). The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855. Diakses dari https://brill.com/downloadpdf/book/9789067183031/B9789067183031-s023.xml
- Wikipedia. (2025). Joyokusumo I. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Joyokusumo_I
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI