Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Cuma Malas, Inilah Akar Masalah Perjokian Akademik

23 Juni 2025   13:00 Diperbarui: 22 Juni 2025   19:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mahasiswa. (DOK. PIXABAY via KOMPAS.COM)

Mahasiswa sering merasa beban tugas tidak sepadan. Dengan waktu dan bimbingan yang mereka terima. Sehingga memandang joki sebagai solusi rasional. Untuk sebuah masalah praktis.

Situasi ini diperparah oleh masifnya digitalisasi. Kemudahan akses informasi dan anonimitas di media sosial. Mencipta pasar terbuka bagi penyedia jasa perjokian (Bhinekaswathi & Nurbayani, 2022).

Kehadiran teknologi AI generatif kemudian jadi babak baru. Yang menawarkan joki digital yang lebih murah dan sulit dilacak. Menurunkan ambang batas bagi mahasiswa untuk melakukan pelanggaran integritas.

Di sisi lain, meski sudah ada regulasi seperti Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023. Yang mendorong tugas akhir non-skripsi untuk mengurangi celah perjokian. Namun implementasinya belum merata.

Peraturan tersebut juga menegaskan. Bahwa praktik perjokian melanggar asas kejujuran dalam pendidikan tinggi. Dengan sanksi bisa berujung pada pencabutan gelar (Kemendikbudristek, 2024).

Perjokian bukan hanya soal jalan pintas. Tapi erosi integritas yang mengancam nilai gelar kesarjanaan itu sendiri.

Pertarungan sesungguhnya terjadi bukan saat ujian akhir. Melainkan dalam sunyinya malam. Saat seorang mahasiswa dihadapkan pada pilihan. Antara proses yang sulit dan hasil yang instan.

Pilihan itu yang akan mendefinisikan kualitas mereka. Jauh setelah toga ditanggalkan. Dilema sistemik ini terasa begitu nyata di level individu.

---

Di depan layarnya, Almira menarik napas dalam. Klik. Tab jasa joki itu tertutup. Klik. Tab antarmuka AI itu lenyap. Ia mematikan laptopnya. Suara kipas yang berhenti berputar. Meninggalkan keheningan yang melegakan. Malam itu, ia memilih untuk tidur.

Pagi harinya terasa berbeda. Almira tidak membuka laptop untuk bekerja. Ia meraih ponselnya. Membuka WhatsApp. Mencari nama dosen pembimbingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun