---
Dilema Niko bukan sekadar kegalauan pribadi. Dilema ini adalah gambaran fenomena global bernama soft saving. Bukan soal gagal menabung. Tapi strategi bertahan hidup finansial yang diadopsi oleh Generasi Z.
Gen Z dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi. Generasi ini secara sadar menolak konsep menabung agresif, karena mengorbankan kualitas hidup saat ini (FWD Insurance, 2025).
Biaya hidup jadi kekhawatiran utama bagi 34% Gen Z di seluruh dunia. Mengalahkan isu lainnya (Deloitte, 2024). Tekanan ini nyata. Membuat hampir separuh dari mereka (46%) merasa cemas. Atau hampir stres sepanjang waktu.
Akibatnya, tujuan finansial ideal. Seperti yang diajarkan orang tua dulu. Macam beli rumah rasanya makin mustahil.
Di Inggris, 78% Gen Z pesimis dengan kemampuan mereka membeli rumah (NatCen, 2024). Di Indonesia, dengan mayoritas Gen Z berpendapatan di bawah Rp 2,5 juta per bulan. Tantangannya serupa (IDN Research Institute, 2024).
Kondisi ini melahirkan pergeseran prioritas. Daripada menumpuk dana untuk masa depan yang tidak pasti. Gen Z lebih pilih mengalokasikan uang.Â
Untuk hal-hal yang dapat meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan jangka pendek. Banter disebut healing.
Ini adalah inti dari quiet thriving. Atau bertumbuh dalam diam. Sebuah penolakan terhadap hustle culture. Serta sebuah pernyataan.
Bahwa kesehatan emosional adalah aset. Yang sama berharganya dengan aset finansial.
Bagi Gen Z, kekayaan tidak lagi diukur dari saldo di masa depan. Tapi dari kedamaian mental yang bisa dibeli hari ini.