Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengungkap Realita di Balik Statistik Kemiskinan Indonesia Saat Ini

6 Mei 2025   05:00 Diperbarui: 5 Mei 2025   18:34 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data kemiskinan Indonesia versi BPS dan Bank Dunia sangat timpang. Saatnya melihat melampaui angka demi kebijakan tepat.

BPS dan Bank Dunia menyajikan data kemiskinan Indonesia, namun hasilnya sangat berbeda. BPS mencatat 24,06 juta jiwa penduduk miskin pada September 2024, atau 8,57% dari total penduduk. 

Sementara Bank Dunia dalam Macro Poverty Outlook April 2025 menyebut 171,8 juta jiwa, atau 60,3% penduduk Indonesia, miskin.

Pertanyaannya bukan soal siapa yang benar? Tapi kenapa bisa beda? Lebih jauh lagi, apa dampaknya bagi kebijakan dan masyarakat? 

Dari Kebutuhan Dasar ke Standar Global

Mari kita bahas perbedaan mendasar antara dua cara pandang ini.

BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (CBN - Cost of Basic Needs). Mereka menentukan garis kemiskinan berdasarkan pengeluaran minimum untuk kebutuhan dasar hidup, yakni makanan (2.100 kilokalori per hari) dan kebutuhan non-makanan seperti tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.

Angka 8,57% mencerminkan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Ini sesuai dengan pola konsumsi dan harga lokal. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan dalam artikel "Memahami Perbedaan Angka Kemiskinan versi Bank Dunia dan BPS" (2025).

Bank Dunia menggunakan pendekatan yang berbeda. Mereka memakai ukuran Pendapatan Per Kapita Harian dengan penyesuaian daya beli (Purchasing Power Parity, PPP). 

Karena Indonesia masuk kategori negara berpendapatan menengah atas, standar yang digunakan adalah US $6,85 PPP atau sekitar Rp. 100.000 per hari.

Artinya, siapa pun yang pengeluarannya kurang dari angka itu dianggap miskin secara global. Hasilnya, angka kemiskinan melonjak jadi 60,3%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun