Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Yogyakarta Mencari Jati Diri Lewat Layar Sinema

24 April 2025   06:00 Diperbarui: 21 April 2025   17:59 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sal Priadi saat menghibur penonton JAFF, di halaman gedung bioskop Empire XXI, Yogyakarta, Sabtu (25/11/2023)(KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO)

Yogyakarta dulu dikenal sebagai kota pelajar dan kota budaya. Sekarang, kota ini mulai dikenal sebagai pusat industri film.

Ifa Isfansyah, sutradara film dan pendiri Jogja-NETPAC Asian Film Festival, ikut mendukung hal ini. Dalam wawancaranya dengan Good News From Indonesia (GNFI), ia bilang Yogyakarta sangat siap jadi pusat perfilman Indonesia.

Ifa menyebut biaya produksi film di Jogja lebih efisien. Atmosfer kota juga mendukung untuk syuting. Komunitas film di sana juga aktif.

Reza Rahadian, aktor terkenal Indonesia, bahkan sejak 2021 sudah menyebut Jogja sebagai pusat perfilman nasional.

Tapi, dari perkembangan ini, muncul pertanyaan soal identitas budaya. Apakah Jogja sedang membentuk citra budaya baru? Atau justru sedang kehilangan jati dirinya?

Antara Regulasi dan Realitas Digital

Di sebuah diskusi komunitas film di Prawirotaman, ada yang bertanya, "Siapa yang menjaga nilai budaya Jogja dalam film?"

Seorang senior komunitas menjawab dengan menyebut Raperda Pengelolaan Perfilman DIY. Raperda ini diinisiasi oleh Komisi D DPRD DIY. Tujuannya untuk menjaga agar film tetap jadi bagian dari kebudayaan.

Artinya, film jangan hanya dianggap barang dagangan. Film harus punya nilai. Harus punya ruh budaya.

Tapi sekarang zaman digital. Semua serba cepat dan berubah. Film tidak lagi hanya tayang di bioskop. Banyak yang nonton di YouTube, TikTok, atau Netflix.

Siapa pun bisa bikin film. Cukup dengan kamera HP dan ide sederhana. Biaya produksi jadi murah. Penonton sekarang suka tontonan yang cepat dan menghibur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun