Mohon tunggu...
ahmad zakkyy
ahmad zakkyy Mohon Tunggu... mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa semester akhir di Akademi Metrologi dan Instrumentasi (AKMET), yang memiliki ketertarikan dalam dunia kalibrasi, teknologi, kepenulisan dan literasi. Aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan menulis, ia telah bergabung sebagai content writer di beberapa platform edukasi dan literasi. Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, saya juga senang berbagi pemikiran lewat tulisan, terutama yang berkaitan dengan isu teknologi, pendidikan, dan pengalaman personal yang inspiratif.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI dan Masa Depan Indonesia: Saat Teknologi Butuh Aturan Main

14 September 2025   08:54 Diperbarui: 14 September 2025   00:58 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) semakin pesat dan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu yang kini menjadi sorotan adalah Gemini AI versi 2.0, sistem terbaru dari Google yang sudah mendukung bahasa Indonesia dan hadir dengan berbagai fitur canggih. Kehadiran teknologi ini membuka peluang besar, namun sekaligus menghadirkan tantangan baru terkait etika, privasi, dan regulasi.

Fitur Baru Gemini AI

Gemini AI 2.0 menawarkan sejumlah peningkatan yang membuatnya berbeda dari generasi sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah:

  • Kemampuan multimodal, yang memungkinkan AI memahami teks, gambar, audio, hingga video dalam satu interaksi.

  • Kemampuan pemecahan masalah yang lebih kompleks, seperti soal matematika tingkat lanjut dan pemrograman.

  • Integrasi dalam dunia pendidikan, dengan lebih dari 30 fitur yang dapat membantu guru dan siswa, termasuk sistem pelacakan progres belajar serta panduan interaktif.

  • Dukungan bahasa Indonesia, yang membuat teknologi ini lebih mudah diakses oleh pengguna lokal.

Fitur-fitur tersebut menegaskan bahwa AI tidak lagi sebatas alat bantu sederhana, melainkan sudah menjadi bagian dari proses belajar, bekerja, hingga aktivitas sosial.

Tantangan yang Mengiringi

Meski membawa banyak manfaat, penggunaan AI juga menimbulkan sejumlah persoalan yang perlu diantisipasi.

Pertama, halusinasi informasi. AI kerap memberikan jawaban yang terdengar meyakinkan, tetapi ternyata tidak akurat. Jika hal ini digunakan dalam konteks pendidikan atau informasi publik, dampaknya bisa serius.

Kedua, bias algoritmik. Karena sebagian besar data pelatihan berasal dari luar negeri, AI berpotensi salah menangkap konteks budaya lokal. Hal ini dapat memunculkan interpretasi yang keliru bahkan diskriminatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun