Mohon tunggu...
Takbir Abadi
Takbir Abadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Senang berpetualang, menulis cakrawala, ingin membuat sebuah perubahan untuk semua dan mari bermanfaat.

cinta itu berjejak, harus punya bukti sejarah, energinya mengalir lewat keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Catatan yang Cacat, Sebuah Tragedi Demokrasi

15 Mei 2019   23:45 Diperbarui: 16 Mei 2019   01:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah catatan yang cacat.

John Locke lalu kemudian Montesquieu memperkenalkan trias politica sebagai bagian dari sistem demokrasi yang mengutamakan konsensus kolektif. Pemisahan ini akhirnya merujuk untuk membuat sistem yang benar-benar utuh, yaitu demokrasi.

Abraham di Amerika akhirnya menyimpulkan bahwa sistem ini adalah sesuatu yang daulat, dimana kepentingan ada pada tangan rakyat. Sistem yang semua unit kerjanya berasal dari rakyat.

Sepertinya, Indonesia sepakat dengan apa yang diwariskan Abraham soal demokrasi. Indonesia kemudian berangkat dengan sebuah catatan yang sangat panjang, sampai pada pasca reformasi. 2004 silam rakyat secara utuh terlibat sebagai komponen politik. Catatan yang melahirkan pemimpin untuk pertama kalinya dipilih oleh rakyat. Di 2004 menelan dana sebesar Rp Rp 55,8 triliun.

Keyakinan itu akhirnya berkembang sampai pada 2008, situasinya sama. Wakil-wakil rakyat di pilih melalui pemilu langsung. Anggaran turun sedikit Rp 47,9 triliun jumlahnya. Kemudian, 5 tahun sungguh jarak yang panjang, di tahun 2014 tendensi bertambah sampai menelan dana Rp 15, 62 triliun. Sampai pada catatan di pesta terakbar sepanjang sejarah di 2019. Dana pemilu meningkat sedikit, dengan sistem yang agak berbeda dari beberapa jilid demokrasi yang telah dilalui.

Pemilu 2019 menghabiskan anggaran Rp.25,59 triliun, jumlah yang brilliant. 

Pemilu 2019 adalah arah baru dalam peradaban bangsa. Sebuah sistem one day one service atau Bahasa sederhananya, sistem yang satu kali jalan sudah memilih dua dari komponen dari trias politica. Indonesia hanya membutuhkan 1 hari untuk memilih dua elemen yang berbeda. Katanya untuk hemat anggaran, tapi mari saksikan tragedinya.

Sebuah kerja kolosal yang mengagumkan dunia, negara lain ramai-ramai mengetik kalimat yang sama di berbagi kolom searching. Dari perantara maya ia menjadi saksi berlangsungnya sebuah sistem demokrasi bekerja. Rakyat yang memilih, rakyat yang dipilih, dan pemilihan ini untuk kepentingan rakyat.

Tampil lah ucapan selamat dari berbagai pembesar negara-negara sahabat yang turut bertepuk tangan dari jauh melihat sistem ini bekerja sebagaimana direncanakan.

Hari itu juga, tendensi yang berlarut-larut akibat kampanye berkepanjangan akhirnya perlahan surut, karena dihiasi oleh rasa kegembiraan berpesta untuk memilih pemimpin. Ada yang datang pagi sekali, ada juga datang pakai batik, berbeda-beda yang jelasnya itu pesta kolektif, rakyat harus senang.

Catatan tak sampai di situ, proses rekapitulasi baru dimulai setelah proses pencoblosan di laksanakan. KPPS sudah menduga malam harinya, bahwa esok ada hari yang berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun