CILEUNGSI, SUBAGIYOÂ - Dulu, setiap isu kesehatan yang menyentuh urat nadi publik selalu dibarengi dengan satu hal yang sakral: open donasi.
Semangat perjuangan membara, akun media sosial penuh ajakan, grup WA nyala 24 jam. Nomor rekening bendahara, transfer antar bank, e-wallet, waktu itu belum familiar QRIS --- semua siap menampung "niat baik untuk perubahan".
Kini semua itu... hilang.
Open donasi sepi. Broadcast sudah mati. Bahkan, admin grup perjuangan pun tak lagi memberi kabar. Pertanyaannya:
"Apakah perjuangan sudah tamat karena saldo sudah lunas?"
Dari Teriakan Lantang ke Senyap Jabatan
Dulu, mereka yang paling keras bicara soal sistem yang timpang kini justru menjadi bagian dari sistem. Yang dulu turun ke jalan, kini naik ke podium pelantikan. Yang dulu teriak "kita butuh solidaritas", sekarang sibuk posting foto apel pagi dengan caption bijak: "Berubah dari dalam sistem." Jaga AKHLAK & MARWAH tepatnya.
Solidaritas berubah jadi struktur.
Perlawanan berubah jadi protokoler.
Dan open donasi? Jadi kenangan.
Kami Kangen Masa Itu
Masa ketika Rp5.000 bisa jadi simbol perlawanan.
Masa ketika saldo harian perjuangan diumumkan dengan rasa bangga.
Masa ketika kita percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari rekening bersama.
Sekarang, setiap kali ada isu besar, yang muncul bukan semangat gotong-royong, tapi pertanyaan sinis: