Gelombang demonstrasi yang muncul di Tgl 25 sampai dengan 31 agustus 2025, pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memunculkan banyak pertanyaan publik. Mengapa protes besar justru terjadi sekarang, padahal isu-isu yang dipersoalkan merupakan produk kebijakan era Presiden Jokowi? Mengapa rakyat baru turun ke jalan ketika pemerintahan berganti?Untuk memahami hal ini, kita perlu menelaah warisan 10 tahun pemerintahan Jokowi yang kini menjadi beban, bahkan bisa disebut sebagai "bom waktu" bagi Prabowo.
Warisan yang Berat
Pertama, utang negara.  Sepanjang pemerintahan Jokowi, utang pemerintah meningkat signifikan. Infrastruktur memang banyak dibangun dari tol, bendungan, hingga proyek strategis nasional (PSN). Namun, konsekuensinya adalah beban cicilan dan bunga yang kini harus dibayar pemerintahan baru yang menjadi warisan tak terhindarkan. Ketika rakyat menghadapi tekanan berupa harga pangan naik dan subsidi yang terbatas,hal ini terpengaruh oleh dinamika dunia sehingga berbagai kebijkan kurang mendapat tempat terbaik, presiden  Prabowo menjadi sasaran kekecewaan, meski masalah akarnya sudah diwariskan.
Kedua, proyek besar yang kontroversial. Â Â Â Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah simbol ambisi Jokowi untuk meninggalkan jejak besar hutang . Namun, manfaat langsungnya bagi masyarakat belum jelas. Sementara itu, masalah pembebasan lahan, biaya tinggi dari APBN, dan kerusakan lingkungan menimbulkan resistensi yang berkelanjutan. Kini, ketika proyek tetap dilanjutkan, Prabowo harus menanggung gelombang kritik dan protes warga.
Ketiga, regulasi yang dinilai pro-elite. Â Â Â Â Â Disyahkannya UU Cipta Kerja, UU Minerba, hingga KUHP baru lahir di era Jokowi. Regulasi ini menuai protes luas dari buruh, mahasiswa, hingga aktivis lingkungan. Meski Jokowi sudah lengser, regulasi tetap berlaku, dan publik kini menuntut Prabowo untuk melakukan koreksi.
Keempat, ketimpangan sosial yang belum terselesaikan.      Meski angka kemiskinan ekstrem turun dari tahun -- tahun kemarin , Namun  ketimpangan masih terasa nyata. Akses pendidikan, kesehatan, dan kepemilikan lahan masih jauh dari merata karena banyaknya oknum memanfaatkan situasi. Ini menjadi bahan bakar kemarahan sosial yang mudah meledak di jalanan.
Mengapa Demo Baru Meledak Sekarang?
Sejumlah pakar menilai faktor politik sangat berpengaruh. Selama Jokowi berkuasa, kekuatan politiknya dominan. Ruang oposisi menyempit, dan demo besar sering dibatasi. Kini, setelah kekuasaan berganti, banyak pihak merasa lebih bebas bersuara.Karena presiden Prabowo memberikan keterbukaan dalam segala hal.Di sisi lain, ekspektasi masyarakat terhadap Prabowo sangat tinggi. Janji kampanye tentang kedaulatan pangan, stabilitas harga, dan keberpihakan pada rakyat kecil menumbuhkan harapan. Namun,penyakitnya  ketika kebijakan lama masih dilanjutkan tanpa koreksi, kekecewaan cepat berubah menjadi protes.
Siapa Dalangnya?
Demo besar jarang lahir murni tanpa aktor. Pengamat politik menilai ada banyak lapisan di balik gelombang aksi ini.
- Kelompok oposisi politik yang kecewa tidak kebagian peran dalam kabinet.
- Aktivis mahasiswa dan civil society yang sejak lama konsisten menolak UU kontroversial.
- Pengusaha atau kelompok ekonomi yang kehilangan keuntungan dalam transisi kekuasaan.
- Gerakan rakyat murni yang tertekan oleh harga kebutuhan pokok dan ketidakpastian lapangan kerja.
Artinya, demo bukan hasil rekayasa satu pihak, melainkan kombinasi antara kekecewaan struktural dan kepentingan politik.