Mohon tunggu...
Ahmad fauzan
Ahmad fauzan Mohon Tunggu... Universitas Hasanuddin

Selamat datang di blog saya! Halo, pembaca setia! Terima kasih telah mampir ke blog ini, tempat di mana saya berbagi informasi, cerita, dan inspirasi dari berbagai topik menarik. Apakah Anda pencinta hiburan, pengamat tren terkini, atau sekadar mencari bacaan santai di waktu luang? Di sini, saya memiliki sesuatu untuk semua orang! Blog ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan konten yang informatif, relevan, dan pastinya menyenangkan untuk dibaca. Saya berusaha menghadirkan tulisan yang segar, baik itu tentang teknologi, gaya hidup, hiburan, hingga tren budaya populer yang sedang hangat dibicarakan. Selain itu, saya juga ingin menjadikan blog ini sebagai ruang diskusi bagi pembaca. Jadi, jangan ragu untuk meninggalkan komentar, berbagi pendapat, atau bahkan memberikan ide untuk topik yang ingin Anda baca di sini. Mari jadikan blog ini sebagai tempat di mana kita bisa belajar, berbagi, dan tentunya menikmati konten-konten yang saya sajikan. Tetaplah bersama saya untuk mendapatkan tulisan-tulisan yang menarik setiap minggunya! Selamat membaca dan semoga hari Anda menyenangkan!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan di Balik Masker

25 April 2025   13:08 Diperbarui: 25 April 2025   14:08 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang wanita memakai niqab atau cadar (sumber: Akurat.co/Lufaefi)

Kadang, jalan pulang dimulai bukan dari pengakuan ... tapi dari kelelahan yang jujur ...

... bukan hanya cerita tentang masa lalu yang kelam, tapi tentang bagaimana seseorang bisa memilih untuk berhenti, berbalik arah, dan pulang ke dirinya sendiri.

Setiap malam, sekitar pukul sepuluh, ada sosok perempuan yang kerap duduk di bangku taman dekat pertigaan jalan kota. Ia selalu datang dengan pakaian serba hitam, atas bawah, lengkap dengan masker yang menutupi separuh wajahnya. Tak pernah saya lihat ia berbicara dengan siapa pun, kecuali pada satu dua orang laki-laki yang kadang datang mendekat---berbicara sebentar, lalu mereka menghilang di balik gelap.

Awalnya, saya kira dia hanya perempuan biasa yang sedang butuh udara malam. Tapi makin sering saya lewat, makin saya paham bahwa kehadirannya bukan tanpa alasan. Beberapa warga sekitar mengenalnya sebagai wanita berdiri di balik tembok dekat jalanan yang dipenuhi kegelapan. Tapi tidak ada yang tahu pasti siapa dia. Namanya, asal-usulnya, bahkan suaranya---semua tersembunyi di balik masker dan diam.

Yang menarik perhatian saya bukan hanya misterinya, tapi juga caranya menjaga jarak. Ia tidak merokok seperti perempuan lain yang seprofesi. Tidak juga berdandan mencolok. Justru kesederhanaan dan ketersembunyiannya membuatnya seperti potongan cerita yang tak selesai.

Sampai akhirnya suatu malam, saya melihat sesuatu yang berbeda. Ia duduk lebih lama dari biasanya. Tidak ada laki-laki yang datang. Tidak ada aktivitas mencurigakan. Hanya dia, diam, memandang kosong. Lalu pelan-pelan, ia membuka maskernya.

Wajahnya tak semuda yang saya bayangkan. Tapi ada kelembutan yang sulit dijelaskan. Ia tampak letih---bukan sekadar lelah fisik, tapi seperti seseorang yang terlalu lama bersembunyi dari sesuatu. Dari dirinya sendiri, mungkin.

Beberapa hari kemudian, saya bertemu dengannya di tempat yang tak saya sangka: sebuah musholla kecil di pinggir pasar. Ia duduk di pojok, memakai mukena, membaca Al-Qur'an perlahan. Saya hampir tidak mengenalinya, kalau bukan karena gerak tubuhnya yang khas.

Setelah salat, ia menghampiri saya. Untuk pertama kalinya, ia berbicara.

"Kamu sering lihat saya di taman, kan?" katanya pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun