Kecurigaan penyelewengan dan korupsi pengadaan helicopter AW101 yang dilemparkan ke publik oleh Gatot Nurmantyo terlalu gegabah. Padahal proses pengadaan itu telah sesuai prosedur, sebab pengusulan itu telah diawasi oleh panitia pengawas pengadaan alutsista, juga berada di bawah pengetahuan Panglima TNI dan Menhan. Jadi seharusnya panglima TNI sudah tahu, tidak ada pengajuan Alutsita tiba-tiba, dan secara simsalabim Alutsista tersebut datang ke sini Mabes TNI tanpa sepengatuan siapapun.
bangkapos.com
Sikap latah mengumbar desas-desus yang belum jelas juntrungannya ke publik jelas bukan tindakan bijak. Baiknya ketika ada problem pada kubu TNI, permasalahan tersebut diselesaikan pada tingkat angkatan di internal lebih dulu, jangan langsung mempublikasikan bahwa ada kerugian negara. Apalagi mencetuskan angka kerugian negara yang begitu bombastis, yaitu 220 Milyar. Jelas hal itu akan memicu kepanikan dan kebingungan di tengah masyarakat.
Seorang Pengamat Pertahanan dan Militer, Connie Rahakundini Bakrie menyayangkan permasalah helikopter AW 101 yang berlarut-larut ini. Connie Rahakundini Bakrie juga mengatakan soal alutsista ini bersifat rahasia negara, tak sebaiknya diumbar ke publik, khawatir musuh mampu memetakan kekuatan pertahan militer Indonesia.
newsdetik.com
Sebenarnya apakah motivasi Jendral TNI begitu genit dalam pemberitaan media dan selalu menjadi headline yang memincut perhatian publik? Ah namanya juga safari, mungkin Panglima TNI sedang tamasya bersenang-senang melihat potensi sejauh mana dirinya sebagai garda terdepan pertahanan negara yang dicintai oleh rakyat. Bertamasya politik sambil mendompleng popularitas, siapa tahu kemungkinan itu ada. Siapa tahu rakyat melirik Panglima TNI sebagai contoh yang baik, dan bisa menjadi pilihan. Satu hal yang jelas, Panglima TNI tidak boleh pangling bahwa dirinya bukanlah pesolek politik.