Banyak kritikus bilang ceritanya lemah. Tapi The Conjuring: Last Rites tetap laris manis di bioskop seluruh dunia.
Ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, brand power.
Nama The Conjuring sudah jadi jaminan horor laku. Penonton datang bukan karena penasaran dengan cerita baru, tapi karena sudah terikat dengan merek dagangnya.
Sama kayak orang beli iPhone generasi baru. Meski mirip, tetap dibeli karena trust dan prestige.
Hingga Februari 2024, waralaba The Conjuring Universe telah menghasilkan sekitar $2,25 miliar secara global. Ini menjadikannya waralaba horor dengan pendapatan tertinggi di dunia.
Kedua, emotional attachment ke Ed dan Lorraine. Mereka bukan sekadar karakter fiksi, tapi pasangan penyelidik paranormal yang benar-benar pernah ada.
Label based on a true story membuat ketakutan terasa lebih dekat. Seolah apa yang terjadi di layar bisa saja menghantui ruang tamu kita.
Chemistry hangat pasangan suami istri Warrens membuat kita peduli. Penonton tidak hanya menunggu kemunculan hantu, tapi juga berharap Patrick Wilson dan Vera Farmiga selamat menghadapi teror.
Ketiga, efek event movie. Film ini dipromosikan sebagai penutup saga.
Fans lama yang sudah mengikuti sejak 2013 jelas gak mau ketinggalan bab terakhir. Walau ceritanya kurang greget, banyak yang rela datang hanya untuk melihat bagaimana kisah Ed dan Lorraine ditutup.