Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Juara di Kelas, tapi Kalah Makna?

17 Oktober 2025   04:48 Diperbarui: 17 Oktober 2025   04:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Utama: dokumentasi publik beredar di media sosial (2025), digunakan untuk kepentingan edukatif dan refleksi nilai. Dimodifikasi dengan Dok. Perkuliahan Minggu Ke-7 di Kelas V/C-D-E Metris MP dan III/A SIM-P. Fokus materi Kuliah Dan Evaluasi Kepatuhan Platform WA dan LMS Dimodifikasi (17 Oktober 2025) .

Juara di Kelas, tapi Kalah dalam Makna?
 

Oleh: A. Rusiana

Gambar seseorang memegang piagam bertuliskan "Juara 1 Merokok Dalam Kelas" sempat viral. Sekilas lucu, tapi sesungguhnya getir. Di tengah wajah-wajah serius dan sorotan kamera, piagam itu menjadi sindiran tajam: apakah dunia pendidikan kini sedang kehilangan arah penghargaan? Di saat yang sama, kita sudah hampir dua bulan menjalani kuliah sejak 1 September 2025. Banyak yang sudah mengerjakan tugas, membuat laporan, dan presentasi, tetapi belum tentu "menang" dalam hal integritas belajar. Pertanyaannya sederhana: apakah kita benar-benar sedang berjuang menjadi juara, atau sekadar memenuhi formalitas tugas kuliah?: Yu kita elaborasi satu persatu:

Pertama: Juara yang Sebenarnya Tidak Selalu Terlihat; Dalam ruang kelas, ada mahasiswa yang mungkin tidak menonjol, tidak populer, bahkan nyaris tak dikenali dosennya. Namun ia hadir tepat waktu, menulis refleksi dengan jujur, dan belajar karena ingin tahu, bukan karena takut nilai. Dialah juara sejati: yang menang melawan diri sendiri melawan malas, menunda, dan rasa ingin cepat selesai.

Sebaliknya, mereka yang "juara merokok dalam kelas" hanya memenangkan ironi. Itu bukan keberhasilan, melainkan bentuk kecil dari kekalahan nilai.

Kedua: Ketika Satire Menjadi Cermin Pendidikan; Piagam itu memang satire, tetapi justru karena satire itulah ia memantulkan kebenaran. Dunia pendidikan kita sering memberi ruang lebih besar bagi sensasi ketimbang esensi. Kita mudah memberi panggung pada perilaku lucu, tapi lupa mengapresiasi keteladanan sederhana. "Piagam integritas" seharusnya tak perlu dicetak karena ia hadir dalam keseharian:

Tidak mencontek meski bisa.

Tidak menyalin meski sempat.

Tidak menyerah meski lelah.

Inilah nilai pendidikan yang sesungguhnya: belajar tidak untuk dilihat, tapi untuk tumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun