Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Membangun Keberanian Akademik: Lebih Berani Sendiri atau Kolaborasi?

11 Oktober 2025   20:06 Diperbarui: 11 Oktober 2025   20:06 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga: Kolaborasi Menguatkan Literasi Digital dan Komunikasi Ilmiah; Melalui tugas di LMS, mahasiswa belajar mengelola informasi, berbagi file, dan berkoordinasi daring. Penggunaan media digital seperti Kompasiana, portal berita pendidikan, dan CK (Catatan Kuliah) menjadi wadah latihan publikasi ilmiah populer. Literasi digital ini memperluas jangkauan gagasan dan membangun branding akademik personal maupun institusional.

Keempat: Kolaborasi Mengasah Empati dan Kepemimpinan Tanpa Otoritas; Dalam kelompok heterogen, mahasiswa belajar memahami ritme kerja, karakter, dan gaya komunikasi teman-temannya. Pemimpin sejati bukan yang paling pandai, melainkan yang mampu mendengar dan memotivasi. Inilah leadership without authority soft skill global yang sangat dibutuhkan di dunia kerja masa depan.

Kelima: Kolaborasi sebagai Sumber Inovasi Akademik; Ide-ide inovatif jarang muncul dalam isolasi. Kolaborasi membuka ruang bagi integrasi lintas disiplin dan lintas strata antara S1, S2, dosen, dan tutor muda. Melalui praktik riset mini dan pengabdian bersama, mahasiswa tidak hanya belajar menulis, tetapi juga menciptakan solusi nyata bagi lembaga pendidikan Islam. Inilah bentuk konkret community of practice yang menggerakkan inovasi akademik berkelanjutan.

Keberanian akademik bukan sekadar kemampuan berbicara di depan kelas, tetapi keberanian untuk belajar bersama, mengkritisi gagasan, dan berinovasi dalam suasana saling percaya. Kolaborasi menjadi sarana melatih growth mindset dan tanggung jawab sosial akademik. Bagi para pemangku kepentingan pendidikan, penting untuk: 1) Mendorong dosen memberi porsi lebih besar pada tugas kolaboratif; 2) Menyiapkan sistem evaluasi yang menilai kontribusi individu dalam tim; 3) Memberikan pelatihan soft skills global empati, komunikasi, dan kepemimpinan kolaboratif secara berkelanjutan.

Dengan demikian, kolaborasi bukan sekadar strategi belajar, tetapi fondasi pembentukan karakter akademik menuju SDM unggul.

Ketika keberanian akademik tumbuh dari kolaborasi, kampus bukan lagi sekadar ruang belajar, melainkan laboratorium nilai. Dari sana, mahasiswa belajar bahwa kemajuan bukan ditentukan oleh siapa yang paling pintar, tetapi siapa yang paling mau belajar bersama. Wallahu A'lam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun