Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Shoft Skils Global vs Otoritas: Siapa Pemimpin yang Sebenarnya?

10 Oktober 2025   17:25 Diperbarui: 10 Oktober 2025   16:27 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilar Keempat: Komunikasi Lintas Generasi dan Budaya Akademik; Mahasiswa S1 dan S2 MPI berada dalam satu ekosistem pembelajaran yang kaya generasi dan pengalaman. Kepemimpinan kolaboratif menuntut kemampuan komunikasi lintas generasi—antara mahasiswa muda dan yang berpengalaman agar tercipta knowledge sharing yang setara. Ini sejalan dengan semangat branding akademik, di mana reputasi dibangun bukan lewat gelar, melainkan kontribusi sosial dan intelektual.

Pilar Kelima: Spirit Pengabdian dalam Kepemimpinan; Kepemimpinan tanpa otoritas adalah wujud pengabdian. Ia tidak menuntut imbalan, melainkan hasil bersama. Dalam praktiknya, mahasiswa yang menjadi ketua kelompok atau KOSMA bukan hanya penanggung jawab administratif, tetapi teladan etika, disiplin, dan semangat belajar kolektif. Dari sinilah tumbuh calon pemimpin bangsa yang berjiwa servant leader.

Kepemimpinan kolaboratif menuntut keseimbangan antara kemampuan teknis dan empati sosial. Dalam konteks akademik, dosen harus menjadi fasilitator yang menumbuhkan soft skills global mahasiswa seperti komunikasi, kolaborasi, dan refleksi diri. Mahasiswa pun perlu mempraktikkan kepemimpinan tanpa otoritas dalam setiap kegiatan kelompok. Rekomendasi: 1) Kampus perlu memperkuat sistem mentoring berbasis kolaborasi, bukan hierarki; 3) Dosen wajib memberi contoh riset dan publikasi sebagai inspirasi, bukan hanya tuntutan; 4) Mahasiswa perlu didorong untuk menulis, berdiskusi, dan berbagi gagasan lintas media, termasuk Kompasiana, sebagai latihan kepemimpinan intelektual; 

Soft skills global dan kepemimpinan kolaboratif bukan sekadar tuntutan era digital, tetapi fondasi peradaban ilmu. Belajar memimpin tanpa otoritas berarti belajar menjadi manusia yang memerdekakan sesama dalam berpikir dan bertindak. Di sinilah letak nilai sejati pendidikan: mencetak pemimpin yang bukan berkuasa, tetapi berdaya dan memberdayakan. Wallahu A'lam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun