Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Inqury Melatih Literasi Ilmiah: Apakah Mahasiswa Siap Menggali Lebih Dalam?

7 September 2025   20:01 Diperbarui: 7 September 2025   20:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dreamstime, tersedia di https://www.dreamstime.com/illustration/inquiry-based-learning. dimodifikasi dengan dengan https://www.penerbitruangtentor.com/2024/10/kunci-sukses-penulisan-artikel-ilmiah

Inquiry Melatih Literasi Ilmiah; Apakah Mahasiswa Siap Menggali Lebih Dalam?

Oleh: A. Rusdiana

Memulai kuliah di semester-semester awal sering kali membuat mahasiswa pemula merasa "asing" dengan istilah-istilah akademik: ontologi, epistemologi, hingga metodologi. Banyak yang sekadar menghafal teori tanpa memahami kerangka berpikir di baliknya. Padahal, literasi ilmiah tidak hanya soal menguasai definisi, melainkan juga memahami cara ilmu pengetahuan bekerja. Di sinilah metode inkuiri memainkan peran penting. Inkuiri melatih mahasiswa untuk memahami perbedaan paradigma pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) dan pengetahuan alamiah (naturalistic knowledge). Mereka juga diajak mendalami tiga fondasi besar dalam filsafat ilmu: ontologi (apa yang dikaji), epistemologi (bagaimana cara memperoleh pengetahuan), dan metodologi (bagaimana cara meneliti). Pertanyaannya, apakah mahasiswa pemula siap menghadapi tantangan ini? Mari kita lihat melalui lima pilar pembelajaran berbasis inkuiri:

Pertama: Kemandirian dalam Menggali Pengetahuan; Metode inkuiri mengajak mahasiswa untuk tidak sekadar menerima teori yang sudah jadi, melainkan aktif bertanya: Mengapa teori ini muncul? Apa asumsi di baliknya? Misalnya, ketika membahas penelitian kuantitatif dan kualitatif, mahasiswa tidak hanya diminta menghafal definisi, tetapi menelusuri akar filosofisnya: dari positivisme hingga konstruktivisme. Kemandirian berpikir seperti ini membentuk fondasi literasi ilmiah yang kokoh, karena mahasiswa belajar menilai bukan hanya isi teori, melainkan juga logika yang mendasarinya.

Kedua: Partisipasi Aktif dalam Diskusi Ilmiah; Literasi ilmiah tidak bisa tumbuh di ruang kelas yang pasif. Dengan inkuiri, mahasiswa didorong aktif bertanya, menyanggah, bahkan menguji pendapat dosen sekalipun. Diskusi ilmiah menjadi arena latihan untuk menguji argumen secara rasional. Proses ini melatih keterampilan komunikasi akademik, kemampuan berdebat sehat, sekaligus membentuk sikap kritis. Dalam konteks ini, mahasiswa tidak lagi sekadar penonton, tetapi bagian dari percakapan intelektual.

Ketiga: Pemahaman Konseptual yang Lebih Mendalam; Menghafal definisi metodologi riset mungkin membuat mahasiswa "lulus ujian," tetapi tidak otomatis membuat mereka melek literasi ilmiah. Inkuiri mengubah cara belajar menjadi proses pencarian makna. Misalnya, ketika membahas "validitas penelitian," mahasiswa tidak hanya diberi definisi, tetapi diajak menguji contoh kasus, membandingkan hasil riset, dan menyimpulkan sendiri mengapa validitas itu penting. Proses eksploratif ini membuat konsep lebih mudah dipahami sekaligus diterapkan dalam situasi nyata.

Keempat: Penumbuhan Sikap Ilmiah dan Rasa Ingin Tahu; Sikap ilmiah lahir ketika mahasiswa terbiasa menggali lebih dalam, skeptis terhadap jawaban tunggal, dan terbuka pada berbagai perspektif. Inkuiri membiasakan mahasiswa untuk tidak cepat puas, melainkan mencari bukti, membandingkan sumber, dan menguji konsistensi argumen. Rasa ingin tahu ini penting bukan hanya untuk menulis skripsi, tetapi juga sebagai bekal menghadapi derasnya informasi yang sering kali bias dan tidak terverifikasi. Dengan sikap ilmiah, mahasiswa belajar membedakan mana pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan mana yang hanya opini.

Kelima: Kepuasan Intrinsik dan Motivasi Akademik; Ada rasa puas yang berbeda ketika mahasiswa berhasil "menemukan" pemahaman setelah proses panjang. Kepuasan intrinsik ini menjadi motivasi yang lebih tahan lama dibandingkan sekadar mengejar nilai. Inkuiri menumbuhkan kebanggaan pada proses belajar, bukan hanya hasil akhir. Dosen tetap hadir sebagai fasilitator, tetapi mahasiswa yang menjadi aktor utama. Dengan begitu, mereka belajar menyesuaikan ritme belajar, mengembangkan kepercayaan diri, sekaligus membangun motivasi akademik yang berkelanjutan.

Metode inkuiri bukan sekadar strategi mengajar, melainkan jalan menuju literasi ilmiah yang mendalam. Lima pilar pembelajaran kemandirian berpikir, partisipasi aktif, pemahaman konseptual, sikap ilmiah, dan kepuasan intrinsik menjadi bekal penting bagi mahasiswa untuk bertransformasi dari sekadar penghafal teori menjadi pemikir kritis yang siap menghadapi dunia nyata.

Bagi mahasiswa pemula, tantangan ini mungkin terasa berat. Tetapi justru melalui inkuiri, mereka belajar bahwa ilmu bukanlah kumpulan jawaban pasti, melainkan proses panjang pencarian kebenaran. Pertanyaannya: apakah mahasiswa siap melatih literasi ilmiah dengan inkuiri? Jawabannya ada pada keberanian mereka untuk bertanya, menggali, dan berpikir secara kritis. Wallahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun