Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Publikasi Digital Menjernihkan Logika atau Sekedar Formalitas Akademik?

3 September 2025   20:16 Diperbarui: 3 September 2025   20:16 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen pekuliahan Online Rabu, 3 Sepetember 2025

Publikasi Digital Menjernihkan Logika atau Sekadar Formalitas Akademik?

Oleh: A. Rusdiana

Hari ini saya baru saja melewati maraton mengajar empat kelas dari pukul 06.50 pagi hingga 18.00 menjelang magrib. Perkuliahan semester ganjil tahun akademik 2025/2026 resmi dimulai: di S1 saya mengampu Metode Penelitian (12 SKS), sedangkan di S2 saya mengajar Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (3 SKS). Pengalaman hari pertama ini menegaskan kembali tantangan klasik: mahasiswa sering memandang penelitian hanya sebagai syarat akademik, bukan sebagai ruang untuk menajamkan logika dan mengasah soft skills. Era digital sebetulnya membuka peluang baru. Hasil penelitian tidak harus berhenti di meja dosen atau di perpustakaan kampus. Publikasi melalui blog akademik, jurnal open access, dan forum diskusi digital memungkinkan mahasiswa menguji argumennya di hadapan audiens yang lebih luas. Proses ini menghadirkan peer feedback yang berharga, mempercepat pengembangan pola pikir kritis sekaligus membentuk branding akademik pribadi. Secara teori, publikasi digital relevan dengan: Soft skills berpikir kritis sebagai kompetensi global, Branding akademik sebagai identitas profesional, Job Demand--Resources Theory yang menekankan pentingnya resources (seperti kompetensi publikasi) dalam meningkatkan work engagement, Wenger dengan community of practice dan Vygotsky dengan social learning, yang menekankan pentingnya kolaborasi.

Sumber: Dokumen pekuliahan Online Rabu, 3 Sepetember 2025
Sumber: Dokumen pekuliahan Online Rabu, 3 Sepetember 2025

Namun masih ada mind mismatch: kualifikasi akademik sering tidak selaras dengan kemampuan publikasi digital. Banyak mahasiswa berhenti pada "laporan formal", bukan "argumen terbuka". Tulisan ini bertujuan menegaskan peran publikasi digital sebagai arena uji publik bagi soft skills berpikir kritis dan branding akademik. Mari kita elaborasi satu-persatu:

Pilar Pertama: Membedakan Opini dan Argumen Ilmiah; Tugas-tugas dosen di kelas Metode Penelitian, SDM, maupun SIM pendidikan menuntut mahasiswa melatih disiplin berpikir. Publikasi digital memperlihatkan perbedaan jelas antara sekadar opini dengan argumen ilmiah.

Opini tanpa data mungkin populer, tetapi cepat dipatahkan. Sebaliknya, argumen berbasis data bertahan di forum digital, bahkan diuji ulang oleh komentar pembaca. Dengan demikian, mahasiswa belajar menyiapkan analisis yang kokoh sebelum berani mempublikasikannya. Inilah bentuk nyata latihan berpikir kritis.

Pilar 2 -- Metode Penelitian sebagai Fondasi Logika Akademik; Metode penelitian bukan hanya prosedur teknis, melainkan fondasi logika akademik. Publikasi digital berfungsi sebagai laboratorium publik untuk menguji apakah metode yang digunakan sahih atau hanya tempelan formalitas.

Mahasiswa yang menulis di blog akademik atau mengunggah laporan di repositori kampus akan segera sadar: jika analisisnya rapuh, publik akan mengkritik. Tekanan sosial ini membentuk karakter akademik yang tangguh. Pada titik ini, publikasi digital menghubungkan pembelajaran dengan realitas sosial yang lebih luas.

Pilar Kedua:  Konsistensi Menulis sebagai Branding Akademik; Branding akademik tidak lahir dari satu tulisan, melainkan konsistensi. Publikasi digital memberi kesempatan mahasiswa membangun rekam jejak yang mudah dilacak. Ketika mahasiswa menulis secara rutin dengan analisis yang disiplin, ia akan dikenal sebagai pribadi dengan karakter kritis. Hal ini berlaku juga bagi dosen: konsistensi menulis di ruang digital menjadi aset reputasi akademik yang jauh lebih kuat daripada hanya mengandalkan sertifikat formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun