Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdi, Pendiri/Pembina YSDPAl-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat. Peraih Kontributor Terpopuler Tahun 2024 di Repositori UIN Bandung

"Kompasiana Best Fiction Award Explorer" 22/1/2025

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Soft Skills Global Lebih Penting daripada Hard Skills di Era Society 5.0

29 Agustus 2025   21:33 Diperbarui: 29 Agustus 2025   21:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Womenlead.Magdalene, tersedia di https://womenlead.magdalene.co/2023/09/05/apa-itu-soft-skill/

Mengapa Soft Skills Global Lebih Penting daripada Hard Skills di Era Society 5.0?

Oleh: A. Rusdiana

Perkuliahan semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026 akan dimulai pada 1 September--19 Desember 2025. Di S1 saya mengajar Metode Penelitian, sementara di S2 membimbing mata kuliah Manajemen Sumber Daya Pendidikan dan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Fenomena yang saya temui, mahasiswa lebih banyak berfokus pada capaian hard skills (nilai ujian, laporan penelitian, proposal akademik), padahal dunia kerja era Society 5.0 menuntut integrasi soft skills global.

Secara teori, soft skills bukan hanya pendamping hard skills, melainkan fondasi untuk membangun work engagement. Teori Job Demand--Resources menegaskan bahwa kemampuan adaptasi, komunikasi, dan kerja tim memperkuat kinerja dalam tekanan. Wenger melalui community of practice serta Vygotsky dengan social learning juga menunjukkan pentingnya belajar dalam interaksi sosial. Ada pepatah bijak: "Jika suatu pekerjaan dilakukan bukan oleh ahlinya, tunggu kehancurannya." Demikian pula, bila lulusan hanya mengandalkan hard skills tanpa dibarengi soft skills, maka ia akan kesulitan bertahan di era Society 5.0.

Gap nyata terlihat pada "mind match": kualifikasi akademik sering tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja global. Maka, tulisan ini bertujuan menegaskan mengapa soft skills global harus diprioritaskan mahasiswa sebagai pilar pembelajaran di era Society 5.0. Berikut, 5 Pilar Soft Skills Global di Era Society 5.0;

Pertama: Konsistensi Menulis sebagai Branding Akademik vs Platform Digital sebagai Laboratorium Publikasi; Mahasiswa sering menganggap menulis hanyalah kewajiban akademik. Padahal, konsistensi menulis di media digital dapat menjadi brand akademik yang membedakan dirinya dari ribuan lulusan lain. Soft skills berupa disiplin, kreativitas, dan kemampuan menyusun argumen logis sangat berperan. Platform digital seperti Kompasiana atau repository kampus kini menjadi laboratorium publikasi terbuka, tempat mahasiswa berlatih menulis, menerima umpan balik, dan membangun reputasi ilmiah.

Kedua: Metode Penelitian sebagai Fondasi Logika Akademik vs Eksperimen Digital dalam Pembelajaran; Metode penelitian melatih mahasiswa berpikir sistematis: masalah--data--analisis--simpulan. Ini soft skill berpikir kritis yang relevan dengan Society 5.0. Namun, kini pembelajaran juga berlangsung di platform digital berbasis eksperimen (simulasi data, AI, learning analytics). Maka, mahasiswa perlu mengombinasikan keterampilan analisis dengan fleksibilitas beradaptasi menggunakan teknologi.

Ketiga: Kolaborasi Tim Akademik vs Kompetisi Individual; Soft skills seperti komunikasi, negosiasi, dan empati membuat mahasiswa lebih siap menghadapi kompleksitas. Perkuliahan berbasis proyek menuntut mereka berkolaborasi lintas disiplin, bukan hanya berkompetisi secara individual. Inilah modal sosial yang dibutuhkan agar mereka bisa masuk ke global workforce.

Keempat: Manajemen Informasi Digital vs Literasi Akademik Konvensional; Dulu, literasi cukup membaca buku teks. Kini, mahasiswa harus mampu memilah informasi digital: mana data valid, mana opini bias. Soft skill berpikir kritis dan literasi digital menjadi benteng terhadap banjir informasi. Mahasiswa yang terampil mengelola informasi dapat menyusun argumen akademik lebih kokoh.

Kelima: Kreativitas dan Adaptasi Global vs Rutinitas Akademik; Society 5.0 bukan hanya menuntut kepatuhan prosedural, melainkan kreativitas dan adaptasi lintas budaya. Mahasiswa harus terbiasa berpikir "out of the box", misalnya mengubah penelitian kelas menjadi artikel populer atau proyek sosial. Inilah cara soft skills global membangun resilience menghadapi ketidakpastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun