Sinergi PKBM, Gapura Panca Waluya, dan pendidikan karakter jadi kunci membangun peradaban desa untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Oleh: A. Rusdiana
Jawa Barat mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2024 di angka 74,92, sebuah capaian yang menggambarkan kemajuan signifikan di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Namun di balik angka ini, masih tersimpan tantangan besar, terutama dalam mewujudkan pembangunan pendidikan yang inklusif, berkarakter, dan berbasis kearifan lokal. Dalam konteks inilah, peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) muncul sebagai kekuatan strategis untuk membangun desa peradaban yang maju, mandiri, dan berkarakter. Peran PKBM ini sejalan dengan Surat Edaran Nomor: 43/Pk.03.04/Kesra tentang 9 Langkah Pembangunan Pendidikan Jawa Barat Menuju Terwujudnya Gapura Panca Waluya, yang membawa visi antropologis mengangkat nilai-nilai lokal Sunda ke dalam pendidikan formal maupun kebijakan pemerintahan. PKBM bukan sekadar pusat layanan pendidikan nonformal, tetapi juga motor penggerak pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi di desa.
Jika merujuk pada pandangan Mark K. Smith: "Pendidikan berbasis masyarakat adalah sebuah proses yang didesain untuk memperkaya kehidupan individual dan kelompok dengan mengikutsertakan orang-orang dalam wilayah geografi, atau berbagi mengenai kepentingan umum. Pendidikan ini bertujuan untuk mengembangkan dengan sukarela tempat pembelajaran, tindakan, dan kesempatan refleksi yang ditentukan oleh pribadi, sosial, ekonomi, dan kebutuhan politik mereka. Pendekatan pendidikan berbasis masyarakat adalah salah satu pendekatan yang menganggap masyarakat sebagai agen sekaligus tujuan.
Secara historis, gagasan Community Learning Center sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1960-an, meski kelembagaannya sebagai PKBM baru mulai dirintis pada tahun 1998, bertepatan dengan upaya memperluas akses pendidikan masyarakat (Sudjana, 2003: 2). Sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal, Institusi PKBM merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional yang memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Hal ini diatur dalam Permendiknas No. 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal.
Lebih jauh, berdirinya PKBM juga merupakan bentuk komitmen internasional Indonesia, mencakup: 1) Deklarasi Dunia 1997 tentang Pendidikan Orang Dewasa (CONFINTEA V, Adult Education, the Hamburg Declaration-the Agenda for the Future); 2) Kerangka Aksi Dakar Pendidikan untuk Semua (The Dakar Framework for Action on Education for All); 3) Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals – MDG’s); 4) Dasawarsa Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN Decade of Education for Sustainable Development) 2004–2014.
Selain itu, penguatan pendidikan karakter dapat diperluas melalui integrasi model seperti Cinta ala Kemenag (gagasan Nasyaruddin Umar) yang menekankan kasih sayang lintas iman, maupun pendekatan deep learning (Abdul Mu’ti) yang menekankan pembelajaran mendalam, reflektif, dan transformatif. Semua ini bermuara pada pencapaian visi besar Indonesia Emas 2045, sebagaimana tercantum dalam Astacita Pembangunan Prabowo. Dalam kerangka pengelolaan pendidikan kontemporer, model Rue dan Byars dengan sembilan langkah strategis memberikan pendekatan menyeluruh, mulai dari penyusunan kebijakan, penguatan kapasitas, hingga evaluasi berkelanjutan.
Namun, masih ada gap penting: bagaimana semua elemen kebijakan ini benar-benar terimplementasi hingga tingkat akar rumput, khususnya melalui PKBM, untuk membangun masyarakat yang berperadaban? Buku ini dimaksudkan untuk menggali dan menguraikan peran strategis PKBM dalam membangun desa sebagai pusat peradaban tidak hanya sebagai tempat layanan pendidikan nonformal, tetapi juga sebagai motor penggerak pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi berbasis kearifan lokal.
Tulisan ini dimaksudkan untuk menggali dan menguraikan peran strategis PKBM dalam membangun desa sebagai pusat peradaban tidak hanya sebagai tempat layanan pendidikan nonformal, tetapi juga sebagai motor penggerak pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi berbasis kearifan lokal. Beikut: Diskusi: Lima Pilar Peran PKBM dalam Membangun Desa Peradaban: