Kabar baiknya, fenomena ini bisa dicegah dan dikendalikan. Berikut beberapa langkah praktis untuk mengambil kembali atas kebiasaan digital:
- Batasi Waktu Layar: Gunakan fitur screen time atau pengatur waktu aplikasi. Para ahli menyarankan tidak lebih dari 1-1,5 jam per hari untuk media sosial.
- Matikan Notifikasi: Notifikasi adalah "pancingan" utama. Dengan menonaktifkannya, Anda membuka aplikasi sesuai keinginan, bukan karena dipanggil oleh ponsel.
- Kurasi Ulang Konten: Unfollow akun-akun yang menyajikan konten tidak bermanfaat. Sebaliknya, ikuti akun edukatif, inspiratif, atau sesuai minat yang lebih bermakna.
- Cipatakan Waktu Offline: Tetapkan momen bebas gadget, misalnya saat makan, satu jam sebelum tidur, atau ketika bersama keluarga.
- Kembangkan Hobi di Dunia Nyata: Membaca, menulis, berolahraga, melukis, berkebun, atau belajar keterampilan baru bisa membantu melatih kembali fokus jangka panjang.
- Jauhkan Ponsel dari Tempat Tidur: Minimal satu jam sebelum tidur, hindari ponsel agar kualitas istirahat lebih baik.
Kesimpulan
Teknologi dan media sosial sejatinya adalah alat, bukan musuh. Dampaknya bergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Dengan kesadaran dan pengelolaan yang bijak, otak kita bisa tetap sehat dan tajam, meski hidup di tengah derasnya arus konten digital.
Jika Anda merasa sulit mengendalikan diri hingga berdampak pada kesehatan mental, jangan ragu mencari bantuan profesional seperti konselor atau psikolog.
Ingatlah: Satu video boleh menyenangkan, tapi hidup nyata menawarkan pengalaman yang jauh lebih berarti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI