Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

DPR: Dewan Perwakilan atau Dewan Pemeras?

29 Agustus 2025   09:11 Diperbarui: 29 Agustus 2025   09:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi DPR/generated by ai

Dewan Perwakilan Rakyat-nama yang indah, penuh makna, seolah-olah merepresentasikan suara sejati rakyat. Namun, di telinga banyak orang, singkatan itu sudah lama bergeser makna: bukan lagi Dewan Perwakilan Rakyat, melainkan Dewan Pemeras Rakyat.

Janji Manis di Pemilu, Pahit di Parlemen

Setiap lima tahun sekali, rakyat menjadi bintang utama. Politisi turun ke jalan, menyapa warga, berbagi sembako, hingga berpidato penuh semangat tentang kesejahteraan. Janji-janji manis bertebaran bak permen saat kampanye. Rakyat pun percaya, bahwa suara mereka akan benar-benar diperjuangkan di gedung parlemen.

Namun, setelah kursi empuk diduduki, janji itu kerap menguap bersama angin pendingin ruangan di ruang rapat. Rakyat kembali ke rutinitas penuh perjuangan, sementara wakilnya sibuk dengan rapat-rapat yang lebih sering kosong ketimbang terisi.

Dari Wakil Jadi "Bos"

Ironi terbesar DPR adalah ketika "wakil"berubah posisi menjadi "bos." Alih-alih mendengar rakyat, banyak dari mereka lebih senang memberi kuliah panjang soal apa yang rakyat butuhkan, padahal rakyat sendiri tidak pernah dimintai pendapat.

Ketika harga kebutuhan pokok melambung, rakyat tercekik. DPR? Sibuk berdebat soal proyek besar dan pasal-pasal kontroversial. Ketika rakyat menolah UU yang merugikan, DPR justru mempercepat ketok palu. Seolah-olah kursi kekuasaan memberi mereka hak untuk menjadi lebih tahu daripada suara rakyat yang mereka wakili.

Tunjangan Naik, Kepercayaan Turun

Salah satu "prestasi" DPR yang selalu konsisten adalah memperjuangkan hak-hak mereka sendiri: tunjangan, fasilitas, dan gaji yang terus naik. Ironisnya, semua itu dibiayai oleh pajak rakyat yang setiap hari bekerja keras demi sesuap nasi.

Lalu bagaimana dengan pendidikan gratis, kesehatan murah, atau lapangan kerja yang layak? Itu entah ada di halaman ke berapa dari prioritas DPR. Yang jelas, gedung parlemen tetap megah, fasilitas tetap mewah, sementara rakyat diminta untuk terus bersabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun