“Agama Baru di Pemilu Pemilu 2014”: Bangsa dan Negara Indonesia tahun ini sedang menjalani sebuah pesta besar lima tahunan dengan anggaran sebesar 9.7 T; pemilihan pemimipin yang akan menentukan arah Indonesia kedepan. Pesta besar ini otomatis menyedot perhatian seluruh rakyat Indonesia, setiap individu begitu antusias menyambut perhelatan ini dengan tingkat emosi masing-masing. Mulai dari yang cukup menyembunyikan saja siapa calon idamannya sampai pada fanatisme yang berlebihan. Fanatisme terhadap Capres idaman-pun menjangkiti sebagian besar rakyat Indonesia saat ini. Fenomena ini begitu saja menghilangkan isu-isu besar nasional yang sebelum pilpres booming di media massa. Fenomena ini merupakan bukti positif bahwa hari ini kepedulian rakyat terhadap masa depan Negara meningkat. Y. masa depan Negara ditentukan siapa pemimpin Indonesia ke depan.
Dalam Pilpres tahun ini ada muncul dua Capres, muncul dua “agama” baru di republic ini, yaitu “Agama Nomor Urut Satu” dan “Agama Nomor Urut Dua”. Tentu saja keduanya bukan agama beneran, tetapi mirip dengan pola-pola yang ada dalam agama yang beneran, yaitu sama-sama memiliki tujuan besar; syurga. Masing-masing dari kedua agama tersebut memiliki keyakinan tentang kebenaran dan yang bukan kenenaran, dan tentu saja saling mengklaim bahwa kelompoknyalah yang paling sesuai untuk Indonesia. Kelompok kepercayaan yang pertama menjanjikan Indonesia yang Kuat jika dipimpin oleh jagoannya, sedangkan kelompok kepercayaan yang kedua menjanjikan Indonesia yang Hebat, tentu saja hanya jagoannya yang bisa melakukan ini. Dan kedua kelompok kepercayaan tersebut memiliki laskar pembela yang siap mati-matian membela apa yang dianggap benar pada kelompok kepercayaannya dan siap menentang apa yang dianggap suatu ketikbenaran pada kelompok kepercayaan lainnya. Lascar ini adalah tim sukses dan para relawan yang siap di dunia nyata maupun maya mengabarkan tentang kebenaran kelompok kepercayaannya dan menyuarakan kesalahan pada kelompok kepercayaan lainnya. Tidak hanya tim sukses dan para relawan yang berjumlah ribuan di masing-masing saja yang muncul menjadi tameng, para pendukung dan simpatisan juga siap melakukan pembelaan mati-matian. Menegakkan kebenaran pada masing-masing, menyampaikan ajaran kebenaran, dan siap membuktikan ketidakbenaran, siap untuk memperlihatkan fakta ketidakbenaran pada kelompok kepercayaan yang lain. Maka saling klaim kebenaran dan tuduhan ketidakbenaranpun begitu saja muncul.
Dalam “agama nomor urut satu” diajarkan bahwa Indonesia saat ini membutuhkan seorang pemimpin yang tegas dan memiliki pemikiran-pemikiran besar. Permasalahan yang dihadapi Indonesia akan dapat diselesaikan oleh pemimpin yang berkarakter tegas. Dalam kelompok kepercayaan ini juga diajarkan bahwa rakyat Indonesia harus dipimpin oleh orang yang ditakuti oleh asing, bahwa rakyat harus memilih pemimpin yang bukan dipuja oleh orang asing, Indonesia harus dipimpin oleh orang yang ditakuti oleh asing. Jagoan dalam kelompok kepercayaan Nomor Urut Satu ini dipercaya sebagai sosok yang memiliki grand design tentang negara, memiliki bayangan yang besar untuk republic indonesia ini. Di antara sekian banyak janji yang diberikan untuk mensejahterakan rakyat adalah percepatan penyediaan penyediaan perumahan bagi 15 juta penduduk dan program pengalokasian dana sejumlah 1 M tiap desa.
Kemudaian serangan bagi yang tidak mempercayai kebenaran yang ada pada “aliran kepercayaan nomor urut satu” adalah soal pelanggaraan HAM yang dilakukan oleh jagoannya. Jagoan nomor urut satu diisukan terlibat dengan beberapa kasus pelanggaran HAM. Serangan ini salah satunya disampaikan oleh Komnas HAM, sebuah lembaga independen yang dibiayai oleh Negara. Kemudian juga disampaikan oleh KontraS. KontraS adalah Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan. Serangan yang disampaikan oleh KontraS ini diterbitkan dalam salah satu majalah edisi Melawan Lupa. Yang diantaranya memuat 13 aktivis yang hilang dan sampai sekarnag belum diketahui informasi nasibnya.
Dalam majalah ini juga ditulis tentang Tim Mawar, yaitu sebuah tim yang dibentuk di bawah grup IV Kopassus, berdasarkan perintah langsung dan tertulis dari Danjen Kopassus, Prabowo Subianto. Perintah tersebut diberikan kepada komandan grub 42, Kopassus, Kolonel Chairawan, yang selanjutnya dilanjutkan kepada Komandan Bataliyon 42, Mayor Bambang Kristiono. Kebijakan dan praktik penghilangan paksa. Dilanjutkan pada kepemimpinan Mayjen. TNI Muchdi Pr dimana penculikan tetap berlangsung.
Munculnya issue yang dimaksudkan untuk menyerang yang lain adalah soal jagoan yang berasal dari Orde Baru. Dalam issu ini termuat sebuah kekhawatiran bahwa Orde Baru akan hidup kembali jika Nomor Urut Saru mempin Indonesia. Seperti yang sudah diketahui bahwa jagoan dari nomor urut satu ini adalah seorang Menantu dari penguasa dari Orde Baru, jagoan nomor urut satu ini adalah seorang perwira militer saat itu dan merupakan tandingan LB Moerdani dalam menjadi orang kepercayaan Penguasa Orde Baru. Dalam sebuah tulisan yang unggah di dunia maya ditulis demikian: “sesungguhnya reinkrnasi penguasa Orba. Kendati ia berdandan-bergaya ala Soekarno, sejatinya ia berpikir dan menganut nilai-nilai Soeharto. Kemasan yang ia tampilkan bagaikan Soekarno, tapi isi sesunggunya adalah Soeharto. Itu mengapa mudah dimengerti, ia berjanji akan menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional jika ia kelak terpilih sebagai Presiden Indonesia.”
Bersambung …
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI