Berjalan aku di pematang sawah, menuju jalan setapak di ujung kampung. Kutemui seorang yang belum kukenal. Seperti ada sinar . Kilauannya membuat pandanganku rehat sejenak dari keseharian. Pancarannya menarikku lebih jauh mendekatinya. Melihatnya dalam temaram. Ada sinar diantara gelap pandangan. Kutarik ulur sebuah keinginan. Untuk tetap memandang pesona cerahnya dalam balutan malam ataukah melanjutkan perjalanan.
Saat aku tak sanggup memutuskan. Perlahan ingin kusadar. Bahwa bukan disini tempatku. Bukan bersama dia menikmati cahaya. Entah dari mana datangnya. Kilaunya mengaburkan pandangan sesaat.
Perlahan ingin kubongkar . Siapakah dibalik semua rangkaian jebakan sinar setajam pedang. Yang siap melukai bila lalai aku di hadapannya. Menari dalam irama yang tak kukenal. Tersenyum dalam buaian sendu lagu asing di telingaku.Atau tertawa dengan sesosok yang tak jua aku pahami siapa dia.
Ah. Sudahlah aku tak ingin berpusing kata. Tak pula ingin menimbang rasa.Biarlah sinar itu disini. Menari bersama puluhan orang atau mungkin ribuan fans.Aku adalah pengembara yang kebetulan lewat. Menatapnya seperti melihat oase di tengah gurun sahara. Menarikku untuk sejenak bersandar di rimbun pohon di tengah gurun. Memandang air seolah lautan luas. Padahal padang pasir lebih membekas telapak kaki.
Ah sudahlah. Biarkan langkahku terus berpacu dengan waktu. Menunggu Matahari segera menggali peraduannya di ufuk barat. Aku hanya butuh waktu sebentar lagi. Untuk sampai di zona horizontal pembatas langit dan bumi. Saat semua panggilan hanya menuju pada Nya.
Maka ketika langkahku sampai di ujung garis. Aku ingin di sini saja. Menikmati deruan angin yang menggulung keinginan untuk bersegera kepadaNya. Menahan rasa cinta dalam dekapan dzikir doa di setiap nafas. Menambatkan pinta setiap malam dalam rangkaian harap untuk lebih baik di masa yang akan datang.