Mohon tunggu...
Agya Aghniya Mafaza
Agya Aghniya Mafaza Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga NIM: 2410730096

Menulis untuk memahami, mendengar untuk merasakan dan berbagi untuk menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Teh Warga: UMKM Minuman Kekinian dengan Sistem Kemitraan

12 Juni 2025   18:53 Diperbarui: 12 Juni 2025   18:53 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alya Kania, mitra usaha Teh Warga, bersama penulis di depan gerainya di Yogyakarta. (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Teh tidak pernah terasa membosankan karena selalu bisa tampil dengan rasa dan tampilan baru. Bahkan dalam bisnis, variasi inilah yang bisa mempertahankan pelanggan untuk datang kembali.

Jadi, kalau ditanya kenapa teh tetap digemari?

Karena ia sederhana tapi bisa jadi apapun, dan karena teh bisa hadir dalam berbagai bentuk tanpa kehilangan esensi dengan memberi rasa nyaman di tengah hari yang ramai. Apalagi di kota seperti Jogja, di mana gaya hidup cepat dan kantong hemat bertemu, teh adalah jawaban yang tetap relevan.

Dengan semua kelebihan teh dari harganya yang terjangkau sampai rasanya yang fleksibel, usaha minuman ini memang tampak menjanjikan. Tapi kenyataannya, menjalankan bisnis kecil seperti Teh Warga tetap penuh tantangan. Alya sendiri merasakannya, terutama saat cuaca tak bersahabat atau persaingan makin ketat.

Seperti kebanyakan usaha kecil lainnya, perjalanan Alya tidak selalu mulus. Salah satu tantangan utama yang ia hadapi adalah cuaca. "Kalau hujan, langsung sepi. Jarang banget orang mau berhenti beli minuman dingin di tengah hujan," keluhnya sambil tetap melayani pembeli yang datang sore itu. Ia mengaku, di musim hujan, omzet bisa turun drastis dibanding hari-hari biasa. Tapi menutup gerai bukan pilihan.

Ia menyiasatinya dengan tetap buka, meskipun pengunjung sepi. "Minimal tetap kelihatan aktif. Kadang ada aja yang mampir walau cuaca kurang bersahabat," katanya. Menurutnya, kehadiran yang konsisten di tempat membuat pelanggan tahu bahwa gerai ini bisa diandalkan kapan pun mereka ingin beli.

Selain cuaca, persaingan juga menjadi tantangan tersendiri. Dengan begitu banyak gerai minuman teh di Yogyakarta, dari yang kaki lima sampai franchise besar, Alya harus pintar-pintar menjaga loyalitas pelanggan. "Karena yang jual teh itu banyak banget, kita harus pintar cari lokasi dan menjaga rasa. Kalau rasanya beda dikit aja, orang bisa pindah ke tempat sebelah," tambahnya.

Ia juga mengamati bahwa sebagian pelanggan sangat sensitif terhadap harga dan rasa. Maka dari itu, meskipun bahan baku sudah disediakan pusat, proses penyajian harus tetap konsisten. "Kadang ada yang komen, 'Kok yang ini kurang manis ya?' Nah itu jadi catatan buat kami," ujar Alya.

Di tengah tantangan tersebut, Alya tetap optimis. Baginya, usaha kecil seperti ini bukan hanya soal cuan, tapi juga belajar konsisten dan bertanggung jawab. "Namanya juga usaha, pasti ada naik turunnya. Tapi kalau nggak dijalani, nggak tahu bisa sampai mana," pungkasnya.

Usaha ini dijalankan Alya sambil menjalani rutinitas kuliah. Ia membuka gerai setiap siang hingga malam hari. Kadang dibantu oleh keluarganya sendiri atau teman dekat, tapi tak jarang Alya harus menjalankannya sendirian, dari menyiapkan bahan, melayani pembeli, hingga membersihkan stand. Meski lelah, ia tidak mengeluh. Justru ada kepuasan tersendiri yang ia rasakan.

"Paling nggak, aku bisa bantu biaya kuliah sendiri. Dan ada rasa puas aja gitu, tiap ada pembeli balik lagi," ujarnya. Pembeli yang datang kedua kali, menurut Alya, adalah validasi bahwa usahanya layak dilanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun