Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gunting Dukun Bayi

12 Desember 2019   12:14 Diperbarui: 12 Desember 2019   18:15 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jenazah (iStockphoto)

"Kamu tahu dari mana, Man?" sergah beberapa orang penuh kecurigaan.

Komentar warga terus bersahut-sahutan. Riuh sekali. Sungguh, tak terkendali.

"Itu, Pak polisi yang pakek jaket hitam. Dia itu polisi, tapi pakaian preman."

Lukman menunjuk seorang pria berbadan subur, berkumis. Pria itu sejak dua hari lalu mengorek keterangan dari kita-kita ini, ujarnya.

Semula, imbuh Lukman, tak ada yang curiga. Namun dari pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar, beberapa orang mulai tak tenang.

Lukman sangat karib dengan kata-kata sandi yang biasa dipakai polisi. Dia tahu dari para alap-alap (pencuri) motor, teman-temannya. Para alap-alap dulunya banyak yang tinggal kampung itu. Mereka kini banyak raib. Sebagian ditembak polisi hingga tewas.

Entah disengaja atau tidak, lewat telepon selulernya, pria itu
beberapa kata berucap kata-kata sandi-nya. Seperti taruna (kejadian) dan Solo-Bandung (menunggu), delapan enam (dimegerti).

***

Di atas mobil patroli, Mbok Parli tak bisa berucap kata-kata. Matanya menerawang. Berkaca-kaca. Mulutnya terus komat-kamit. Berzikir dan beristighfar. Dua orang polisi berperawakan kekar berpangkat sersan satu, mengimpitnya. Rapat sekali. Bau apek ketiak kedua polisi sungguh menyengat hidung.

"Pak, saya ndak pernah membunuh. Itu fitnah. Fitnah, Pak!" Mbok
Parli merintih, menatap melas dua polisi yang berada di samping
kirinya.

Kedua tangan Mbok Parli yang diborgol ikut meremas paha kanan polisi itu. Sang polisi hanya membisu, menoleh, lalu berpaling lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun