Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Apa dengan Pantai De Locomotief di Sungailiat?

14 Desember 2018   19:42 Diperbarui: 15 Desember 2018   17:16 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai bagian pembelajaran sekaligus pencatatan sebagian sejarah, pada papan putih itu DL menerakan beberapa nama marga Suku Hakka di situ. Marga-marga itu ialah Bong, Bun, Chai, Chang, Chin, Cong, Cung, Ho, Jong, Lie, Lim, Liu, Ng, Phang, dan Thong.  Di bawah nama-nama itu tertulis pula asal provinsinya di daratan Tiongkok, dan tokoh-tokoh bersejarahnya.

Marga-marga itu mengingatkan saya pada kawan-kawan SD-SMP saya di Maria Goretti Sungailiat. Di antaranya ialah Bong Sui Kim, Bong Kun jung, Bun Fut Fo, Cong Siauw Ling, Ho Men Fo, Lie Yun Ngit, Liu Co Yen, Phang Ngim Chion, dan lain-lain. Ya, mayoritas kawan sekolah saya dulu beretnis Tionghoa dari Suku Hakka.

Memang papan nama-nama Suku Hakka itu belumlah lengkap. Hal ini tertera pada bagian atasnya, "Mohon maaf apabila kami belum bisa menampilkan semua marga yang ada di Bangka. Untuk tambahan marga lainnya akan kami tambahkan di Event Bangka Culture Wave selengkapnya".

Dokpri
Dokpri
Istri saya segera mencari nama luluhur mamanya alias mertua saya, sedangkan papanya berasal dari Mindanao, Filipina. Pada 2017, melalui cerita pamannya, asal-usul leluhur mereka berasal dari Bangka. Saya sempat terkejut sewaktu mendengar kisah pamannya.

Tan Mei Liang adalah nama asli mamanya istri saya sebelum diganti dengan nama Indonesia semasa rezim ORBA. Memang bukan lagi asli Tionghoa karena ada campuran Dayak dan Bugis karena perkawinan campuran di generasi sebelum lahir mamanya tetapi darah Tionghoa paling mencolok.

Kalau leluhur mereka dari Bangka, saya kira, mereka berasal dari Suku Hakka sebagaimana mayoritas orang Tionghoa di Bangka. Akan tetapi tidak tertera marga Tan. Apakah benar seperti yang tertera dengan "Mohon maaf..." tadi?

Saya penasaran. Mau-tidak mau saya mencarinya di internet. Duh, piknik saja kok malah bikin PR sendiri, sih?

Dalam artikel "Asal-usul Marga Tan (Marga Chen)" di blog milik Dinaviriya, marga Tan adalah marga Chin dalam bahasa Suku Hakka atau Chen dalam bahasa Mandarin. Kata "Tan" dipakai oleh Suku Teochew dan Suku Hokkien untuk menyebut marga Chin. Marga Tan atau Chin merupakan marga Tionghoa terbesar ke-5 di daratan Tiongkok, dan ke-10 dalam buku "Bai Jia Xing (Ratusan Marga Tionghoa)". Bahkan di Singapura, Hongkong, dan Makau, Marga Tan merupakan Marga dengan Warga terbanyak atau menduduki urutan pertama di antara marga-marga Tionghoa lainnya.

Benarkah marga Tan adalah marga Chen atau Chin?

Jelas saya tidak mengetahui kebenarannya karena saya anak orang Jawa yang bermarga Slamet. Eh, mana ada tradisi masyarakat Jawa dengan marga, meskipun nama Slamet sering dipakai, semisal Slamet Raharjo dalam serial komedi sospol Sentilan-Sentilun?

Bahan (Material) Lokal yang Diekspose

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun