Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis

Gemar membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Antara Rencana dan Realita: Refleksi Filosofis tentang Waktu

25 Agustus 2025   04:25 Diperbarui: 24 Agustus 2025   17:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Namun, di tepi waktu itu, ada perbedaan yang nyaris tak terlihat antara menyerah dan menyerahkan diri pada kebijaksanaan waktu. Menyerah lahir dari keputusasaan, sedangkan menyerahkan diri adalah bentuk kerendahan hati yang sadar bahwa tidak semua dapat dipaksakan. Marcus Aurelius (c. 180 M), mengingatkan bahwa "Apa yang datang padamu adalah bagian dari rancangan alam semesta; menerimanya berarti selaras dengannya."

Penundaan sejati adalah ruang hening, tempat kita bisa mendengar detak halus semesta. Di sana, tanda-tanda kecil sering muncul: bisikan intuisi, kebetulan yang berarti, atau peluang yang muncul tanpa kita paksa. Laozi menyebut ini sebagai wu wei, tindakan tanpa paksaan, yang justru lebih selaras dengan aliran kehidupan. Dalam hening menunggu, kita belajar kapan harus menjejak lagi, kapan harus tetap diam, dan kapan harus mengubah arah dayung.

Pelajaran dari Penundaan

Waktu tunggu adalah guru yang sabar, mengajarkan kita untuk merendahkan hati di hadapan misteri kehidupan. Seperti diungkapkan Seneca dalam On the Shortness of Life (c. 49 M), hidup bukanlah singkat, melainkan sering kita sia-siakan dengan tergesa-gesa. Penundaan memaksa kita berhenti sejenak, melihat bahwa terburu-buru kerap membuat kita kehilangan kedalaman makna.

Di sela-sela jeda, kita menemukan bahwa kelenturan sering lebih kuat daripada ketegasan. Filsuf Tiongkok Zhuangzi, dalam The Complete Works of Chuang Tzu (sekitar abad ke-3 SM), menulis bahwa pohon yang lentur mampu bertahan di tengah badai, sementara yang kaku mudah patah. Penundaan melatih kita untuk menyesuaikan langkah tanpa kehilangan tujuan, membiarkan arah berubah tanpa kehilangan esensi perjalanan.

Makna tidak selalu menunggu di garis akhir; kadang ia muncul di jalan memutar yang bahkan tidak kita rencanakan. Albert Camus (1942), mengingatkan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam proses itu sendiri, bukan hanya pada pencapaian. Penundaan memberi kesempatan untuk menghargai pemandangan di sepanjang jalan, memperkaya hati dengan pengalaman yang takkan kita temui jika hanya fokus pada tujuan akhir.

Akhirnya, hidup adalah tarian lembut antara rencana dan realita, sebuah gerak yang menyeimbangkan antara langkah yang kita pilih dan langkah yang semesta izinkan. Kita boleh merancang jalur, menandai peta, dan mengukur jarak, tetapi pada akhirnya arus waktu memiliki iramanya sendiri, kadang bergerak cepat, kadang melambat, seolah mengajak kita berhenti sejenak untuk melihat sekitar. Maka, mari kita melangkah dengan hati yang siap menerima, bukan sebagai tanda menyerah, melainkan sebagai ungkapan percaya pada kebijaksanaan yang lebih besar, sebab terkadang waktu menunda bukan untuk menghalangi, melainkan untuk menyiapkan hadiah yang lebih indah dari yang pernah kita bayangkan, hadiah yang hanya akan tiba pada saat kita benar-benar siap menerimanya. (*)

Merauke, 25 Agustus 2025

Agustinus Gereda

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun