Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Respons Masyarakat, Situasi Malioboro, dan Kebijakan Pelonggaran Masker

19 Mei 2022   01:05 Diperbarui: 20 Mei 2022   03:15 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pengunjung memadati kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis (11/3/2021).  (ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO via kompas.com)

Pada tanggal 17 Mei 2022 Presiden Jokowi telah mengumumkan adanya Kebijakan Pelonggaran Masker. Sebagaimana kita ketahui bersama, isi kebijakannya adalah "memperbolehkan masyarakat lepas masker ketika berkegiatan di luar ruangan dan tidak dalam situasi kerumunan".

Selanjutnya presiden menegaskan bahwa pemakaian masker masih disarankan untuk (1) aktivitas dalam ruangan tertutup dan saat berada dalam transportasi publik, (2) orang-orang lanjut usia,  serta (3) orang-orang yang punya penyakit bawaan atau menderita komorbid.

Jadi, lepas masker itu sesungguhnya sekadar diperbolehkan. Bukan disarankan, apalagi diperintahkan. Diperbolehkannya pun dalam situasi yang kondusif dan hanya bagi orang-orang yang betul-betul sehat.

Semoga saudara sebangsa dan setanah air saya di mana pun berada memahami hal ini. Yeah? Terus terang saja, tebersit kecemasan di hati ini bahwa khalayak hanya terfokus pada kalimat 'boleh lepas masker', tanpa menyimak baik-baik syarat dan ketentuannya.

Kiranya RRI pro tiga juga punya kecemasan yang sama. Buktinya, tadi pagi Kebijakan Pelonggaran Masker menjadi topik perbincangan khusus. Dengan titik fokus, memahamkan khalayak agar paham sepaham-pahamnya arti dari kebijakan tersebut.

Jangan sampai masyarakat buru-buru berkesimpulan bahwa pandemi telah usai sehingga bebas lepas seperti masa old normal dahulu. Sementara sekarang saatnya persiapan untuk hidup dalam era new normal.

Adapun taat pada protokol kesehatan, termasuk pemakaian masker, merupakan sesuatu yang lekat dengan era new normal. 

Jadi perlu diingat, namanya saja new normal (kenormalan baru). Berarti kondisinya tidaklah bakalan persis sama dengan kenormalan sebelumnya (old normal).

RESPONS MASYARAKAT

Ada beragam respons masyarakat terhadap Kebijakan pelonggaran Masker. Sebagian orang amat bersuka ria sebab memakai masker mereka anggap sebagai salah satu siksaan duniawi. Jadi, dengan penuh semangat mereka bersiap menghempaskan masker masing-masing. Hehehe ....

Tak apalah. Semoga pengumuman dari Pak Jokowi kemarin bikin mereka hepi. Semoga pula mereka tidak salah memahami isi Kebijakan Pelonggaran Masker tersebut. Dalam arti, tidak teledor dengan syarat dan ketentuan kapan boleh lepas maskernya.

Apa respons lainnya? Sungguh tak terduga. Ternyata, baik di dunia nyata maupun dunia maya, banyak yang satu perasaan dengan saya. 

Satu perasaan yang saya maksudkan adalah "sudah merasa nyaman memakai masker" saat beraktivitas di area publik.

Perlu diketahui bahwa saya memutuskan tak buru-buru lepas masker  bukan karena punya banyak stok masker. Justru stok masker kesehatan di rumah sedang menipis. Ini semata-mata soal kehati-hatian dan berdasarkan pertimbangan kesehatan.

Saya tahu dirilah. Sewaktu SD dulu pernah menderita flek paru. Walaupun telah dinyatakan sembuh puluhan tahun silam, saya tetap merasa butuh untuk berhati-hati. 

Lagi pula selama dua tahun lebih berdisiplin memakai masker, terbukti memberikan dampak baik bagi kesehatan saya.

Selain itu, ehem, saya merasa jauh lebih tjakep kalau memakai masker. Lebih estetik dan misterius gitu, deh. Hahaha!

SITUASI MALIOBORO PADA HARI PERTAMA BOLEH LEPAS MASKER

Presiden menyatakan boleh lepas masker jika beraktivitas di luar ruangan dan bukan dalam kondisi berkerumun.

Nah! Pernyataan itu menginspirasi saya untuk menengok Malioboro dan sekitarnya pada hari pertama berlakunya Kebijakan Pelonggaran Masker. Kebetulan lokasi tersebut sepelemparan batu saja dari tempat tinggal saya.

Saya penasaran, apakah orang-orang di situ tetap bermasker atau tidak. Ternyata, oh, rupanya, mayoritas masih bermasker. Takjub juga saya. Semula underestimate dan sempat merasa ke-GR-an kalau bakal bermasker sendirian di situ. Hahaha!

Dokpri 
Dokpri 

Dokpri
Dokpri

Entahlah apa penyebabnya. Bisa jadi mereka belum tahu adanya Kebijakan Pelonggaran Masker. Atau sudah tahu, tetapi mereka memilih tak lepas masker demi kesehatan. Atau yang gokil, merasa kurang pede jika mesti lepas masker.

Dokpri 
Dokpri 

Dokpri 
Dokpri 

MENJADI JAMAAH INDISIPLINER

Pada hari pertama berlakunya Kebijakan Pelonggaran Masker, saya malah mendadak jadi jamaah indisipliner di musala tempat saya biasa salat berjamaah. Kocak memang.

Dengan penuh percaya diri, saya berangkat Subuhan tanpa masker. Pertimbangannya, peserta salatnya itu-itu saja. Jadi, itungannya bukan kerumunan. Terlebih kami masih jaga jarak pula saat salat.

Eh? Tahunya semua masih setia pakai masker. Saya menjadi grogi, dong. Rasa percaya diri saya meluruh. 

Konyolnya, saat salat Zuhur juga begitu. Saya pede habis melangkah ke musala tanpa masker. Ealaaah. Ternyata saya salah lagi. 

Alhasil sejak salat Asar dan seterusnya, saya mantap ke musala dengan bermasker.

Entahlah apa penyebabnya. Karena tak tahu pengumuman dari presiden? Sebab telah merasa aman dan nyaman dengan masker? Atau jangan-jangan, supaya tak terkesan manutan pada Pak Jokowi? Halah.

Namun apa pun alasannya, tak jadi soal. Saya ambil sisi positifnya saja. Kalau para jamaah di musala kami memilih setia pakai masker, yang berarti taat prokes, itu keren. Berarti tak abai pada kesehatan.

Demikian cerita saya tentang pelaksanaan Kebijakan Pelonggaran Masker hari pertama, yang ada di sekitar tempat tinggal saya.  Semoga ada faedahnya. 

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun