Halo, Sobat Kompasiana!
Pernah nggak sih kalian merasa seperti cahaya kecil di tengah luasnya malam? Seperti rembulan yang bersinar redup di antara awan pekat, tetap memancarkan pijarnya meski gelap terus mencoba menelannya. Hidup pun begitu—kadang kita terombang-ambing dalam ketidakpastian, diterpa ujian yang tak terduga, tetapi kita tetap harus bertahan. Sebab justru dalam gelap, cahaya sekecil apa pun tetap berarti.
Lewat puisi "Kiat Pijar Sang Rembulan", aku ingin mengajak kalian merenungi makna bertahan. Bagaimana harapan tetap menyala meski waktu dan keadaan terus menguji. Yuk, nikmati setiap baitnya dan resapi kisah yang tersembunyi di dalamnya!
Kiat Pijar Sang Rembulan
Aku berpijar di laut samudra,
menerangi hamparan sang mustofa.
Tatkala sunyi kian menerpa.
Saut sapa kian nestapa.
Gemerlap titik membelai sang bayu,
membawa arus tak kunjung jemu,
mengukir desir dalam kelabu,
terombang, tapi tak pernah layu.