Mohon tunggu...
Agus Riyanto
Agus Riyanto Mohon Tunggu... Pembelajar -

berusaha untuk terus belajar dan terus menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bela Cela

22 Oktober 2018   21:51 Diperbarui: 22 Oktober 2018   22:04 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kita masih ingat betul bagaimana guruh dan kilat dikisahkan

mereka berkejaran sepanjang kilatan dan sekeras dentuman

memenuhi langit kelam mengusik kenyamanan, menakutkan

sampai kapan mereka berkejaran? sampai mereka tak punya kaki untuk berlari, sampai mereka tak punya mulut untuk meracau

dan kini setiap saat setiap waktu, kita dapat menonton kisah guruh dan kilat yang bersahutan

bukan lagi mencekam, tapi justru menggelikan

tiada kilatan, hanya sering kita dengar dentuman

seolah guruh ingin katakan bahwa aumannya bisa memenangkan pertempuran

kisah guruh menghantam kilat tiada akan pernah tamat

bahkan petir yang dulu dikisahkan ternyata serupa dengan kita

yang sering bergemuruh tanpa kilatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun