kita masih ingat betul bagaimana guruh dan kilat dikisahkan
mereka berkejaran sepanjang kilatan dan sekeras dentuman
memenuhi langit kelam mengusik kenyamanan, menakutkan
sampai kapan mereka berkejaran? sampai mereka tak punya kaki untuk berlari, sampai mereka tak punya mulut untuk meracau
dan kini setiap saat setiap waktu, kita dapat menonton kisah guruh dan kilat yang bersahutan
bukan lagi mencekam, tapi justru menggelikan
tiada kilatan, hanya sering kita dengar dentuman
seolah guruh ingin katakan bahwa aumannya bisa memenangkan pertempuran
kisah guruh menghantam kilat tiada akan pernah tamat
bahkan petir yang dulu dikisahkan ternyata serupa dengan kita
yang sering bergemuruh tanpa kilatan
bukan hendak hujan, tapi untuk hal bernama kepentingan
guruh dan kilat itu adalah bela dan cela
dimana ada bela dari setiap cela
dimana ada cela dan pasti akan dibela
bela buta
cela buta
hanya dentuman tanpa kilatan, hanya rangkaian kata tanpa makna
hanya kepentingannya bukan kepentingan tangan-tangan Tuhan
dentuman yang hanya bersumber dari piciknya nalar
dentuman yang hanya menyasar pada kepentingan dan setelah itu hilang
bela dan cela
cela dan bela
kenaifan yang kini dipertontonkan
hendakkah rela ini akan membudaya?!